Modern Sulsel Warta Sejarah

Akhir Riwayat Rumah Adat Bola Soba di Bone

Rumah Adat Kerajaan Bone, Saoraja Petta Ponggawae atau Bola Soba yang berada di JL. Latenritatta, Kecamatan Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, hangus terbakar. Kebakaran ini terjadi Sabtu (20/3) sekitar pukul 02.30 WITA.

Api diduga bermula berasal dari bagian belakang Rumah Soba. Karena bangunan mayoritas terbuat dari kayu, sehingga api dengan cepat membesar, menghanguskan rumah bersejarah di Kabupaten Bone itu.

Pemadam Kebakaran Kabupaten Bone menerjunkan sedikitnya 6 unit armada untuk memadamkan api kebakaran. Dengan waktu 30 menit berjibaku dengan api, kebakaran ini pun berhasil dikuasai. Sekitar pukul 06.30 WITA, sudah dilakukan pendinginan.

Hampir seluruh bagian rumah adat habis dilalap si jago merah. Yang tersisa dengan utuh usai kebakaran hanyalah bagian tiang rumah saja serta sisi depan yang kayunya berasal dari kayu tempo dulu.

Belum diketahui pasti penyebab kebakaran Istana Raja Bone ini. Dipastikan juga, tidak ada korban jiwa. Hanya saja, kerugian dari kebakaran ini ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Baca juga: Situs Rumah Adat Saoraja Lapinceng

Bola Soba Bone
Situasi Bola Soba pasca terbakar. Foto: tribunnews.com

Bola Soba, dalam bahasa Indonesia berarti Rumah Besar, atau juga biasa dikenal dengan istilah Rumah Persahabatan. Bola Soba ini merupakan salah satu peninggalan sejarah kerajaan Bone pada masa lampau.

Bangunan berupa rumah panggung dengan konstruksi kayu ini jika dilihat dar luar, tampak hanya sekadar bangunan rumah panggung tradisional ala masyarakat bugis Bone. Hanya ada papan nama di depan bangunan serta gapura yang mempertegas identitas bangunan bernilai sejarah tinggi itu.

Memasuki bagian dalam bangunan, tidak ada benda-benda monumental yang bisa menjelaskan secara hirarki dan historis bangunan tersebut. Hanya beberapa perlengkapan properti kesenian, seperti kostum tari dan gong. Ya, saban hari bangunan Saoraja atau Bolasoba ini menjadi tempat pelatihan sanggar-sanggar seni yang ada di kota Bone.

Selanjutnya, pada bagian lain ruangan terdapat Langkana atau singgasana raja, bangkai meriam tua, gambar La Tenritatta Arung Palakka Raja Bone ke-15, silsilah dan susunan raja-raja Bone, serta beberapa benda-benda peninggalan kerajaan Bone seperti guci dan dupa yang sengaja disimpan pengunjung sebagai bentuk melepas nazar atau dalam bahasa Bugis mappaleppe’ tinja’.

Baca juga: Rumpana Bone: Perang Antara Bone Dengan Belanda (1859-1860)

Saoraja dibangun pada masa pemerintahan Raja Bone ke-31, La Pawawoi Karaeng Sigeri MatinroE ri Bandung pada tahun 1890. Awalnya, diperuntukkan sebagai kediaman raja pada waktu itu sehingga disebut Saoraja.

Selanjutnya, ditempati oleh putra La Pawawoi Karaeng Sigeri yang bernama Baso Pagilingi Abdul Hamid yang kemudian diangkat menjadi Petta Ponggawae (Panglima Perang) Kerajaan Bone oleh raja dengan persetujuan Ade’ Pitue (tujuh dewan hadat).

Dalam sejarah masa lampau, Bola Soba ini sempat ditempati oleh oleh Petta Ponggawae. Sehingga pada saat itu bubungan rumah atau timpa’ laja diubah menjadi empat singkap atau susun setelah sebelumnya lima singkap.

Pasalnya, dalam tata kehidupan masyarakat Bugis, lima singkap timpa’ laja dalam bangunan rumah diperuntukkan bagi Rumah Raja dan timpa’ laja dengan empat singkap untuk putra raja.

Seiring dengan ekspansi Belanda yang bermaksud menguasai Nusantara, termasuk Kerajaan Bone pada masa itu, maka Bola Soba atau Saoraja Petta Ponggawae ini pun jatuh ke tangan Belanda dan dijadikan sebagai markas tentara.

Baca juga: Raja Bone yang Dilengserkan Karena Memeluk Islam

Tahun 1912, Bola Soba difungsikan sebagai penginapan dan untuk menjamu tamu Belanda. Dari sinilah awal penamaan Bolasoba yang berarti rumah persahabatan atau dalam bahasa Bugis Sao Madduppa to Pole.

Selanjutnya, Bola Soba’ juga pernah difungsikan sebagai istana sementara Raja Bone pada masa pemerintahan Raja Bone ke-32 La Mappanyukki Sultan Ibrahim MatinroE ri Gowa, 1931-1946, menjadi markas Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS), menjadi asrama TNI pada tahun 1957 hingga kemudian dijadikan sebagai bangunan peninggalan purbakala sampai saat ini.

Saoraja telah mengalami tiga kali pemindahan lokasi. Lokasi aslinya, terletak di Jalan Petta Ponggawae Watampone yang saat ini menjadi lokasi rumah jabatan bupati Bone di Jalan Petta Ponggawae.

Selanjutnya, dipindahkan ke Jalan Veteran Watampone dan terakhir di Jalan Latenritatta Watampone sejak tahun 1978, yang peresmiannya dilakukan pada 14 April 1982 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1978-1983) saat itu, Prof Dr. Daoed Joesoef.

Bola Soba Bone
Bola Soba kedatangan Mahasiswa Pendidikan Sejarah yang sedang melakukan study lapangan pada tahun 2013. Foto: Erik Hariansah.

Baca juga: Presiden Sukarno Mengunjungi Kerajaan Bone

Sebagai bangunan peninggalan sejarah, Bola Soba didesain untuk mendekati bangunan aslinya. Namun demikian, beberapa bagian juga mengalami perubahan, baik perbedaan bahan maupun ukurannya.

Bola Soba ini memiliki panjang 39,45 meter ini terdiri dari empat bagian utama, yakni teras sepanjang 5,60 meter, rumah induk berukuran 21 meter, selasar penghubung rumah induk dengan bagian belakang berukuran 8,55 meter serta bagian belakang yang diperuntukkan sebagai ruang dapur berukuran 4,30 meter.

Selanjutnya, pada bagian dinding, dilengkapi dengan ukiran pola daun dan kembang sebagai ciri khas kesenian Islam dengan perpaduan model swastika yaitu sebuah simbol religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang kompleks.

Bola Soba Bone merupakan salah satu objek wisata bersejarah di Bumi Arung Palakka yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik dari dalam Negeri, maupun wisatawan dari berbagai Negara.

Namun riwayat Bola Soba bersejarah yang berumur sekitar 100 tahun itu harus berakhir setelah terbakar pada hari Sabtu dini hari, tanggal 20 Maret 2021 pukul 02 30 WITA. Salah satu saksi bisu dan peniggalan sejarah Sulawesi Selatan itu kini telah lenyap.

Sumber:
bonepos.com
kumparan.com

Tuliskan Komentar