Benjamin Frederik Matthes merupakan orang Belanda yang fasih menggunakan bahasa Bugis. Pada tahun 1859, ia menulis kamus Makassarsch-Hollandsch (kamus Belanda-Makassar). Namun, Matthes lebih dikenal sebagai pendiri studi Bugis dan literatur kuno.
Manuskrip I La Galigo dan B.F. Matthes |
Hal inilah yang Membuat Matthes penasaran untuk mempelajari naskah-naskah kuno tersebut, setelah ditelusuri ternyata naskah-naskah kuno tersebut merupakan bagian-bagian dari epos I La Galigo yang tersebar.
B.F. Matthes saat muda. |
Epik ini dalam masyarakat Bugis berkembang sebagian besar melalui tradisi lisan dan dinyanyikan pada kegiatan adat Bugis. Versi tertulis hikayat ini yang paling awal diawetkan pada abad ke-18, di mana versi-versi yang sebelumnya telah hilang akibat serangga, iklim atau perusakan.
Baca juga: Memori Festival dan Seminar Internasional La Galigo Pertama di Barru
Akibatnya, tidak ada versi Galigo yang pasti atau lengkap, namun bagian-bagian yang telah diawetkan berjumlah 6.000 halaman atau 300.000 baris teks, membuatnya menjadi salah satu karya sastra terbesar. Sekarang salinan I La Galigo yang dikumpulkan oleh Matthes disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
B.F. Matthes |
Pada tahun 1872, B.F. Matthes menerbitkan buku yang berjudul “Boeginesche Chrestomatie” dimana dia memberi aneka ragam fragmen pada I La Galigo. Pada bulan Desember 1874 ia menerbitkan kamus Boegineesch-Hollandsch (kamus Bugus-Belanda) yang masih dianggap sebagai karya standar dalam studi Bugis.
Tuliskan Komentar