Kuno Sulsel Tokoh

Mengapa Syekh Yusuf Al-Makassari Punya Banyak Makam?

Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani, adalah salah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia juga digelari Tuanta Salamaka ri Gowa atau tuan guru penyelamat kita dari Gowa oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan.

Syekh Yusuf lahir dari pasangan Abdullah dengan Aminah pada 3 Juli 1626 di Gowa, Sulawesi Selatan. Ketika lahir ia dinamakan Muhammad Yusuf, suatu nama yang diberikan oleh Raja Gowa Sultan Alauddin, yang juga adalah kerabat ibu Syekh Yusuf.

Pendidikan agama diperolehnya sejak berusia 15 tahun di Cikoang dari Daeng Ri Tassamang, guru kerajaan Gowa. Syekh Yusuf juga berguru pada Sayyid Ba-Alawi bin Abdul Al-Allamah Attahir dan Sayyid Jalaludin Al-Aidid.

Kembali dari Cikoang, Syekh Yusuf menikah dengan putri Sultan Gowa, lalu pada usia 18 tahun, Syekh Yusuf pergi ke Banten dan Aceh. Di Banten ia bersahabat dengan Sultan Ageng Tirtayasa, yang kelak menjadikannya mufti Kesultanan Banten. Di Aceh, Syekh Yusuf berguru pada Syekh Nuruddin Ar-Raniri dan mendalami tarekat Qadiriyah.

Baca juga: Inilah Ketujuh Tokoh Wali Pitue Dari Sulawesi Selatan

Pada tahun 1644, Syech Yusuf menunaikan ibadah haji dan tinggal di Mekkah untuk beberapa lama, dimana Ia belajar kepada ulama terkemuka di Mekkah dan Madina, Syekh Yusuf juga sempat mencari ilmu ke Yaman, berguru pada Syekh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi, dan ke Damaskus untuk berguru pada Syekh Abu Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi. Syech Yusuf mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah.

Lukisan Syekh Yusuf (kiri) dan pintu gerbang makam Syekh Yusuf di Gowa (kanan).

Ketika Kesultanan Gowa mengalami kalah perang terhadap Belanda pada tahun 1667, Syekh Yusuf pindah ke Banten dan diangkat menjadi mufti di sana. Pada periode ini Kesultanan Banten menjadi pusat pendidikan agama Islam, dan Syekh Yusuf memiliki murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai.

Ketika pasukan Sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Srilanka pada bulan September 1684.

Di Sri Lanka, Syekh Yusuf tetap aktif menyebarkan agama Islam, sehingga memiliki murid ratusan, yang umumnya berasal dari India Selatan. Salah satu ulama besar India, Syekh Ibrahim ibn Mi’an, juga pernah berguru pada Syekh Yusuf.

Baca juga: 5 Bangsawan Makassar yang Menolak Menyerah Pada Perang Makassar

Melalui jamaah haji yang singgah ke Sri Lanka, Syekh Yusuf masih dapat berkomunikasi dengan para pengikutnya di Nusantara, sehingga akhirnya oleh Belanda, ia diasingkan lagi ke lokasi lain yang lebih jauh, yaitu di Afrika Selatan pada bulan Juli 1693.

Syekh Yusuf, bersama dengan 49 pengikutnya, termasuk dua istri, dua selir dan dua belas anak-anaknya diterima di Tanjung Harapan, Afrika Selatan, pada 2 April 1694 oleh Gubernur Simon van der Stel. Mereka ditempatkan di peternakan Zandvliet, jauh di luar Cape Town, dalam upaya untuk meminimalkan pengaruhnya.

Kedatangan Syekh Yusuf di Afrika Selatan. Foto: id.wikipedia.org

Namun rencana Belanda itu gagal, sebab pemukiman Syekh Yusuf segera menjadi tempat perlindungan bagi para budak dan di sinilah komunitas Islam pertama yang kohesif di Afrika Selatan didirikan. Dari sini pesan Islam disebarluaskan ke komunitas budak Cape Town.

Syekh Yusuf meninggal di Zandvliet pada 23 Mei 1699. Setelah itu daerah sekitar peternakan Zandvliet telah diganti namanya menjadi Macassar sesuai tempat kelahiran Syekh Yusuf. Dia dimakamkan di bukit-bukit Faure, menghadap ke Makassar.

Baca juga: Suasana Kota Makassar Pada Abad ke-17

Atas permintaan Raja Gowa Sultan Abdul Jalil pada tahun 1705, jenazah Syekh Yusuf akhirnya diizinkan Belanda dibawa dari Afrika ke Makassar dengan melewati beberapa tempat yakni Sri Lanka, Banten, dan Sumenep/Madura, sebelum akhirnya tiba di kota Makassar. Di tiga tempat persinggahannya itu para pengikutnya membuat makam agar senantiasa dapat mengambil inspirasi dari ilmu yang sudah diajarkan.

Hal itulah yang membuat banyak kisah yang menceritakan bahwa Syekh Yusuf mempunyai tiga makam, yakni di Cape Town, Srilangka, dan Banten. Namun begitu, jasad sebenarnya hingga kini bersemayam di Lakiung, Kabupaten Gowa.

Di kompleks makam dengan luas sekitar 2.500 meter persegi itu, terdapat makam lainnya yakni Sitti Daeng Nisanga yang merupakan istri Syekh Yusuf yang juga bibi dari Sultan Hasanuddin. Di sebelah kiri makam Sitti terdapat makam Sultan Abdul Jalil Raja Gowa sekaligus putra Sultan Hasanuddin dan murid utama Syekh Yusuf yakni Syeh Abdul Dhahir.

Sebuah inskripsi terpasang di Monumen Beliu di Afrika Selatan memberi pengakuan bahwa beliulah Tokoh Penyebar Islam yang pertama di Afrika Selatan.

Tuliskan Komentar