Modern Sulsel

13 Gelombang Ekspedisi TRIPS ke Sulawesi

TRIPS

Berikut ini 13 gelombang ekspedisi Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi (TRIPS) ke Sulawesi.

Ekspedisi Tentara Republik Indonesia ke Sulawesi merupakan sebuah ekspedisi militer yang dilakukan oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) atas mandat dari panglima besar Jenderal Sudirman untuk menyusup ke Sulawesi dan membentuk satu kekuatan divisi TRI di Sulawesi.

Pada bulan November 1946, satu tahun setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, terdengar berita Dr.H.J. Van Mook dari Belanda akan membentuk negara boneka di Indonesia bagian Timur.

Sebelum siasat tersebut terlaksana, pihak militer Indonesia telah merencanakan mengirim pasukan ekspedisi ke Sulawesi. Gagasan tersebut disetujui oleh Markas Besar Tentara (MBT) di bawah panglima besar Jenderal Sudirman, dan dijadikan bagian dari rencana kerja.

Pada tanggal 16 April 1946 dikeluarkan surat keputusan Panglima Besar yang menugaskan kepada tiga perwira asal Sulawesi yaitu Andi Mattalatta, Kahar Muzakkar, dan M. Saleh Lahade yang berasal dari Sulawesi untuk melaksanakan rencana kerja MBT.

Baca juga: Peranan Letkol M. Saleh Lahade pada Pemberontakan Permesta

Persiapan pelaksanaan tugas ekspedisi ke Sulawesi dilakukan dengan membentuk Staf Komando Resimen Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi (TRIPS). Adapun susunan staf pimpinan yaitu Letkol Kahar Muzakkar (Komandan Resimen), Mayor Andi Mattalatta (Wakil Komandan), dan Mayor M. Saleh Lahade (Kepala Staf).

Tugas pasukan ekspedisi TRIPS sangat berbahaya karena harus menembus blokade laut dari tentara Belanda (KNIL). Pasukan pejuang yang membawa senjata api itu harus membuat penyamaran sebagai nelayan, kemudian harus mewaspadai sergapan musuh ketika mendarat di Sulawesi.

Pengiriman ekspedisi ke Sulawesi ini dilakukan secara bergelombang atau bertahap. Berikut ini 13 gelombang ekspedisi TRIPS ke Sulawesi.

Ekspedisi Ke I

Di bawah pimpinan Kapten Muhammadong sebagai Komandan dan Letnan Ibrahim sebagai Wakil, berangkat pada tanggal 27 Juni 1946, tidak berhasil menembus blokade Belanda dan tertangkap di perairan Bali, dan ditahan di Surabaya di Penjara Kalisosok. Di dalam rombongan ini termasuk Andi M. Jusuf.

Baca juga: Mengenang Kembali Konferensi Paccekke

Ekspedisi Ke II

Kapten M. Tahir Dg. Tompo, Letnan Said Hasan Bin Tahir dan Letnan Latief, berhasil menerobos blokade dan mendarat di daerah Suppa. Rombongan ini di Sulawesi lebih mengembangkan Organisasi KRIS, karena mereka membawa dua surat mandat.

Ekspedisi Ke III

Di bawah pimpinan Letnan Abd. Latief berhasil mendarat di Suppa dan bergabung dengan pasukan BPRI dari Andi Selle, sedangkan Letnan Abd. Latief sendiri melanjutkan tugasnya ke daerah Makassar, hingga tertangkap oleh Belanda.

Ekspedisi Ke IV

Di bawah pimpinan Letnan Andi Manyullei mendarat di Suppa dan melanjutkan perjuangannya di daerah Maiwa. Sebelumnya pejuang-pejuang Andi Sose, Harahap, La Patji, dan lain-lain sebagai Pasukan Harimau Indonesia.

Ekspedisi Ke V

Di bawah pimpinan Letnan Said dan Murtala yang mendarat di daerah Suppa, gugur seluruhnya pada waktu hari pendaratan. Terkenal dengan pertempuran Parangki sehari suntuk.

Baca juga: Andi Mattalatta, Dari Pejuang Kemerdekaan Hingga Tokoh Olahragawan

Ekspedisi Ke VI

Yang merupakan kelompok Komando di bawah pimpinan Mayor Andi Mattalatta yang mendarat di Garongkong, Barru pada tanggal 27 Desember 1946.

Ekspedisi Ke VII

Kelompok Komando di bawah pimpinan Kapten Andi Sarifin dan Letnan Andi Sapada, berhasil mendarat di Wiringtasi, Barru. Dua minggu kemudian dalam suasana pertempuran di Salossoe, Kapten Andi Sarifin gugur, sehingga pimpinan dilanjutkan oleh Letnan Andi Sapada.

Ekspedisi Ke VIII

Masih merupakan kelompok Komando di bawah pimpinan Mayor Saleh Lahade, Letnan Andi Oddang dan Letnan Soekarno yang mendarat di daerah Suppa, Pinrang, kemudian menyatukan diri dengan pasukan Ambo Siradjae, Andi Selle, Puang Toreang, Ambo Bunga, Andi Paramadjeng dan Jusuf Rasul, Ambo Nanci.

Ekspedisi Ke IX

Di bawah pimpinan Letnan Arief Mappudji dan Letnan Syamsuddin Dg. Lau dengan mendarat di daerah Jeneponto dan Takalar, di sebelah Selatan Makassar.

Baca juga: Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi dan Konferensi Paccekke

Ekspedisi Ke X

Di bawah pimpinan Letnan Makmur Dg. Sitaka dan Letnan Bakrie berhasil mendarat di daerah Bantaeng-Bulukumba, di mana Letnan Bakrie gugur sebagai bunga bangsa, setelah bertempur dengan NICA sewaktu pendaratan.

Ekspedisi Ke XI

Dibawah pimpinan Letnan Manungke kemudian setelah mendarat tertangkap seluruhnya di daerah Takkalasi, Barru, setelah bertempur dengan kekuatan yang tidak seimbang.

Ekspedisi Ke XII

Di bawah pimpinan Kapten Maryanto dan Letnan Abu Bakar hancur seluruhnya di laut Jawa setelah melakukan pertempuran di laut melawan patroli Angkatan Laut Belanda.

Ekspedisi Ke XIII

Dari ALRI di bawah pimpinan Letnan A.M. Amir mendarat di Sinjai dan menyusun perlawanan bersama rakyat di daerah tersebut.

Baca juga: Riwayat Perjuangan Laskar Gerakan Pemuda Tanete

Setelah seluruh pasukan ekspedisi TRIPS tiba di Sulawesi, dengan segera dilaksanakan konferensi di Paccekke, Barru. Konferensi dilangsungkan dari tanggal 20 hingga 22 Januari 1947. Pimpinan utama Konferensi Paccekke ialah Andi Mattalatta dan dibantu oleh M. Saleh Lahade.

Pelaksanaan Konferensi Paccekke menghasilkan keputusan pembentukan pasukan dengan kekuatan satu divisi yang dikenal sebagai Divisi Hasanuddin. Kekuatan ini nantinya sangat berpengaruh besar dalam perkembangan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang lebih terorganisir.


Rujukan: Lintas Safari Perjalanan Juang – Andi Oddang / Majalah LVRI Vol. 2 No. 8, Juni 2012.

Tuliskan Komentar