Sulsel

Orang-Orang Toraja di Tumale-Luwu

Masyarakat Toraja
Masyarakat Toraja sekitar tahun 1929. © Wereldculturen.

Pada tahun 1965 Pemerintah Daerah Luwu di Sulawesi Selatan bersama dengan ABRI mulai melakukan proyek pembangunan, selaku pengendali situasi keamanan dan pemegang kekuasaan pada masa itu. Hal ini tidak terlepas dengan peristiwa pasca Gerakan DI/TII pada tahun 1965.

Dengan adanya proyek pembangunan tersebut maka beraneka ragam suku mulai memasuki wilayah kabupaen Luwu, salah satunya adalah suku Toraja. Orang-orang Toraja yang melakukan imigrasi ke Kabupaten Luwu menyebar ke berbagai daerah, salah satunya yaitu daerah Tumale.

Sebelum kedatangan orang-orang Toraja ini telah diadakan pertemuan antara Andi Makkulau selaku Bupati Luwu pada saat itu dan D.S. Rantesalu selaku Bupati Toraja di Makula, Sanggala, Kabupaten Tana Toraja.

Baca juga: Stratifikasi atau Pelapisan Sosial Pada Masyarakat Toraja

Pokok pertemuan pada saat itu adalah kedua belah pihak melakukan perjanjian kerjasama dalam melakukan pemindahan penduduk dari kabupaten Tana Toraja ke Kabupaten Luwu.

Orang-orang Toraja yang didatangkan ini berasal dari tiga kecamatan di kabupaten Tana Toraja yaitu Kecamatan Makale, Kecamatan Sesean dan Kecamatan Sanggalangi.

Lokasi pertama yang didatangi oleh orang-orang Toraja pada saat itu adalah daerah Padang Sappa kemudian mereka menyebar ke daerah Tumale. Orang orang Toraja ini datang secara bertahap.

Mereka umumnya hidup berkelompok berdasarkan asal daerahnya dan masih merupakan kerabat dekat, bahkan mereka juga membentuk perkampungan sendiri seperti yang ada di Tumale saat ini yang mayoritas penduduknya adalah orang-orang Toraja yang sudah ada sejak tahun 1965.

Baca juga: Situs Pemakaman Londa di Toraja

Tujuan Utama perpindahan mereka adalah untuk meningkatkan taraf kehidupan ekonomi karena daerah Tumale merupakan lahan yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

Dengan melihat keadaan yang ada saat ini dimana masyarakat Tumale telah memegang peranan di beberapa sektor salah satunya sektor pertanian yang ada di Kabupaten Luwu secara umum dan Kecamatan Ponrang pada khususnya.

Sampai saat ini juga kehidupan sosial budaya masyarakat Tumale sebagian masih mempertahankan budaya asli mereka dari Toraja, seperti pada saat ada kematian mereka melakukan upacara adat rambu solo.

Referensi:

  • Akil. As. 2008. Luwu, Dimensi Sejarah, Budaya dan Kepercayaan. Makassar: Pustaka Refleksi.
  • Mattulada. 1995. Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan. Makassar: Hasanuddin University Press.
  • Tandailing. 2009. Toraja Dalam Sebuah Penggalian Sejarah dan Budaya. Makassar: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional.
  • Juharni. 2013. Komunitas Toraja di Padang Sappa (1965-2012). (Skripsi) Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Narasumber:

  • Petrus Sirundu (92 tahun)
  • H. Umar Buhari (85 tahun)
  • Robert Tandok (52 tahun)

Tuliskan Komentar