Pinrang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Kabupaten ini memiliki keragamam masyarakat karena merupakan peralihan antara masyarakat Bugis, Mandar, Toraja, dan Enrekang. Karena masyarakatnya saling berbaur, maka muncul lah bahas percampuran yang kemudian dikenal dengan Bahasa Pattinjo.
Selain terkenal akan keberagaman etnis masyarakatnya, Pinrang juga memiliki sejarah daerah yang cukup panjang. Berikut ini adalah sejara singkat Pinrang mulai dari zaman feodal atau kerajaan, zaman pemerintahan Hindia Belanda, asal-usul nama Pinrang, hingga masa kemerdekaan dan terbentuknya Kabupaten Pinrang.
Sejarah Pinrang pada masa kerajaan
Di masa lalu, sebelum Bangsa Eropa berkuasa di wilayah Pinrang, dahulu wilayah sebelum terbentuknya Pinrang terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan. Adapun beberapa wilayah kerajaan itu yang cukup terkenal di anataranya Kerajaan Suppa, Kerajaan Sawitto, dan Kerajaan Alitta. Ketiga kerajaan tersebut tergabung kedalam persekutuan Limae Ajatappareng bersama dua kerajaan lainnya yaitu Kerajaan Sidenreng dan Rappang.
Baca juga: Ajatappareng: Konfederasi Antara Lima Kerajaan di Sulawesi Selatan
Kerajaan Suppa
Seperti epik kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan yang pembentukannya melalui konsep To Manurung atau dikenal dengan kepemimpinan To Manurung, Kerajaan Suppa pun sejarah pembentukannya diawali dengan pengangkatan To Manurung sebagai raja atau Datu Suppa pertama oleh orang-orang yang menyaksikan dan mendengar berita kedatangannya di tanah Suppa yang diperkirakan pada abad ke-14.
Kerajaan Suppa merupakan salah satu kerajaan anggota konfederasi Limae Ajatappareng yang letaknya di sebelah barat Danau Tempe dan Danau Sidenreng. Sekitar abad ke-15, konfederasi atau persekutuan ini muncul dan dipelopori oleh La Makkarawi Datu Suppa (tapi hal ini masih menjadi kajian lebih lanjut) di mana hasil dari persekutuan itu adalah bergabungnya Lima Kerajaan, yaitu kerajaan Sidenreng, Suppa, Sawitto, Rappang dan Alitta.
Salah satu motif bergabungnya kerajaan-kerajaan ini karena dikenal sebagai penghasil beras terbesar di Sulawesi Selatan dan menjadi rebutan bagi kerajaan-kerajaan besar yakni Luwu, Bone, dan Gowa.
Baca juga: Tellumpoccoe: Persekutuan Antara Tiga Kerajaan Bugis di Sulawesi
Pasca persekutuan terbentuk, tampak eksistensi Ajatappareng makin maju, itu ditandai hadirnya beberapa pedagang dari luar, antara lain Antonio De Paiva pada Tahun 1544, seorang pedagang asal Portugis. Kemajuan perdagangan hasil-hasil pertanian telah mengundang kerajaan yang lebih besar untuk melakukan penguasaan.
Peta Sulawesi buatan Portugis, tampak nama Kerajaan Suppa di bagian tepi atas lingkaran. |
Kerajaan Sawitto
Kehadiran kerajaan Sawitto terdapat dua versi, yaitu pertama beranggapan bahwa kehadiran kerajaan Sawitto berasal dari Toraja, sementara versi lain mengatakan berasal dari Bone. Namun yang pasti kehadiran Kerajaan Sawitto bersamaan dengan munculnya seseirang yang tidak diketahui asal-usulnya dan disebut To Manurung sekitar abad ke-14.
To Manurung datang menjelma di lereng barat pegunungan Lamddarau, yaitu suatu tempat yang disebut Lurah Marajae yang berarti telaga luas. To Manurung itu diberi nama Puang Risompae degan gelar Tompoe ri Busa Empo, tempat kemunculannya ini kemudian disebut Nasawi Tottompo, artinya orang yang muncul dari busa air. Tempat inilah yang nantinya berubah penyebutan menjadi Sawitto.
Baca juga: Konsep Kepemimpinan To Manurung Pada Masyarakat Sulawesi Selatan
Kedatangan To Manurung itu disambut baik oleh masyarakat dan diangkat menjadi pemimpin di daerah itu. Maka berdiri lah kerajaan Sawitto dengan To Manurung sebagai raja pertamanya.
Pada perkembangan selanjutnya, kerajaan Sawitto terus tumbuh dan melakukan hubungan dengan kerajaan di sekitarnya, bahkan membentuk persekutuan antara kerajaan tetangganya. Persekutan itu dikenal dengan Persekutuan Liame Ajatappareng yang anggotanya terdiri dari Kerajaan Sawitto, Suppa, Alitta, Sidenreng, dan Rappang.
Rumah hunian Addatuang Kerajaan Sawitto tahun 1932. Foto: KITLV. |
Kerajaan Alitta
Selain kerajaan Suppa dan Sawitto, ada pula kerajaan Alitta, meskipun pengaruhnya tidak sbesar Suppa dan Sawitto, tetapi kerajaan ini juga menjadi salah satu dari anggota persekutuan Limae Ajatappareng. Kerajaan Alitta ini terletak di wilaya utara kerajaan Suppa.
Sejarah asal mula nama Pinrang
Ada beberapa versi mengenai asal-usul pemberian nama Pinrang yang berkembang di masyarakat Pinrang sendiri. Versi pertama menyebut Pinrang berasal dari bahasa Bugis yaitu kata benrang yang berarti air genangan, bisa juga berarti rawa-rawa. Hal ini disebabkan pada awal pembukaan daerah Pinrang masih berupa daerah rendah yang sering tergenang dan berawa.
Baca juga: Inilah Sejarah Asal-usul Nama Sinjai
Versi kedua menyebutkan bahwa ketika Raja Sawitto yang bernama La Dorommeng La Paleteange, bebas dari pengasingan dari kerajaan Gowa. Kedatangannya kembali ke Sawitto disambut gembira, namun mereka terheran karena wajah rajanya telah berubah.
Rakyat Sawitto kemudian mengatakan, “pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa,” yang artinya wajah raja kita telah berubah semenjak kedatangannya dari Gowa. Setelah itu rakyat menyebut daerah tersebut sebagai Pinra yang artinya berubah, kemudian lambat laun menjadi Pinrang.
Sumber lain mengatakan pemukiman Pinrang yang dahulu rawa selalu tergenang air membuat masyarakat berpindah-pindah mencari pemukiman yang bebas dari genangan air, dalam bahasa Bugis disebut pinra-pinra onroang yang artinya selalu berpindah-pindah tempat. Setelah menemukan pemukiman yang baik, maka tempat tersebut diberi nama Pinra-pinra, selanjutnya berubah pengucapan jadi Pinrang.
Sejarah Pinrang pada masa pemerintahan Hindia Belanda
Cikal bakal Kabupaten Pinrang berasal dari Onderafdeling Pinrang yang berada di bawah Afdeling Parepare. Onderafseling Pinrang sendiri merupakan gabungan empat kerajaan yang kemudian menjadi selfbestuur atau swapraja, yaitu Kassa, Batulappa, Sawitto dan Suppa.
Baca juga: Rumpa’na Bone: Perang Antara Bone Dengan Belanda (1859-1860)
Kassa dan Batulappa sebelumnya adalah anggota konfederasi kerajaan Massenrengpulu, sementara Suppa dan Sawitto sebelumnya adalah anggota konfederasi Ajatappareng. Selanjutnya Onderafdeling Pinrang pada zaman pendudukan Jepang menjadi Bunken Kanrikan Pinrang dan pada zaman kemerdekaan akhirnya menjadi Kabupaten Pinrang.
Menjadi Kabupaten
Pada tahun 1952 terjadi perubahan daerah di Sulawesi Selatan, pembagian wilayahnya menjadi daerah swatantra. Daerah swantantra yang dibentuk adalah sama dengan wilayah afdeling. Perubahannya adalah kata afdeling menjadi swatantra dan Onderafdeling menjadi kewedana.
Dengan perubahan tersebut maka Onderafdeling Pinrang berubah menjadi Kewedanaan Pinrang yang membawahi empat swapraja dan beberapa distrik. Pada tahun 1959 keluarlah undang-undang nomor 29 tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 4 Juli 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi, termasuk membentuk Daerah Tingkat II Pinrang.
Pada tanggal 28 Januari 1960, keluar surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP-7/3/5-392 yang menunjuk H.A. Makkoelaoe menjadi Kepala Daerah Tingkat II Pinrang, karena pada saat itu unsur atau organ sebagai perangkat daerah otonomi telah terpenuhi maka tanggal tersebut dianggap sebagai tanggal berdirinya Kabupaten Pinrang.
Tuliskan Komentar