Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan anugerah kebudayaan kepada 59 orang, baik perorangan maupun komunitas. Penghargaan tersebut diberikan atas prestasi dan dedikasi yang telah ditorehkan dalam membesarkan kebudayaan Indonesia.
Ini merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada para pelaku budaya atas karya dan pengabdian mereka yang berkesinambungan. Apresiasi terhadap berbagai macam laku kebudayaan ini dinilai penting karena kebudayaan menjadi salah satu tolok ukur peradaban bangsa.
Pemberian Anugerah Kebudayaan 2019 menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2019.
Anugerah Kebudayaan ini kemudian disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, pada hari Kamis (10/10/2019) pukul 19.00 di arena Pekan Kebudayaan Nasional di Istora Senayan, Jakarta.
Baca juga: Melemahkan Suatu Bangsa Dengan Menghilangkan Ingatan Sejarah Generasi Mudanya
Dalam Penyerahan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi, terdapat 8 kategori dengan total 59 orang penerima. Berikut merupakan kategori yang ada:
Kategori Gelar Tanda Kehormatan dari Presiden RI yang terdiri dari Bintang Mahaputera, Bintang Budaya Parama Dharma dan Satyalancana Kebudayaan. Selanjutnya ada kategori Pencipta dan Pelopor, kategori Pelestari, kategori Anak dan Remaja, kategori Maestro Seni Tradisi, kategori Pemerintah Daerah, kategori Komunitas, serta kategori Perorangan Asing.
Salah seorang penerima Anugerah Kebudayaan dari pemerintah ini adalah seorang tokoh asal Sulawesi Selatan, yaitu Karaeng Pattingalloang. Karaeng Pattingalloang menerima penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma bersama dengan dua tokoh lainnya, Moehammad Sjafei dari Sumatra Barat dan Siti Baroroh Barried dari Yogyakarta.
Karaeng Pattingalloang. Foto: Buku Profil Raja-Raja Gowa. |
Bintang Budaya Parama Dharma adalah tanda kehormatan yang dianugerahkan pemerintah Indonesia sebagai tanda kehormatan yang tertinggi dalam bidang kebudayaan bagi mereka yang berakhlak dan berbudi pekerti baik serta berjasa besar di bidang budaya.
Lalu, siapa sosok Karaeng Pattingalloang yang menerima penghargaan itu?
Karaeng Pattingalloang adalah tokoh intelektual dan seorang perdana menteri dari Kerajaan Gowa-Tallo yang memerintah dari tahun 1641 sampai 15 September 1654. Karaeng Pattingalloang tersohor karena ketertarikannya yang tinggi pada ilmu pengetahuan barat pada masa itu.
Baca juga: 5 Perkara Penyebab Runtuhnya Sebuah Negara Menurut Karaeng Pattingalloang
Menurut Denys Lombard, peneliti ternama kebudayaan Asia Tenggara, Karaeng Pattingalloang adalah Perdana Menteri dan penasihat utama raja Gowa, Sultan Muhammad Said (1639-1653) yang masa pemerintahannya kurang lebih bertepatan dengan masa kejayaan Kerajaan Gowa. Karaeng Pattingalloang menguasai setidaknya 3 bahasa populer pada masanya yaitu bahasa Spanyol, Latin dan Portugis.
Untuk memenuhi ketertarikannya yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan, Karaeng Pattingalloang membangun perpustakaan pribadi, dengan koleksi berbagai buku, atlas Eropa dan bola dunia. Ia juga tercatat pernah memesan teleskop ciptaan Galileo Galilei yang mana teleskop tersebut baru datang tujuh tahun setelah pemesanan.
Selain ilmu-ilmu yang bersifat fisis, Karaeng Pattingalloang juga memiliki ketertarikan terhadap berbagai jenis satwa. Ia memiliki banyak koleksi satwa seperti, badak, kuda nil, jerapah, unta, kuda, berbagai jenis antilop, zebra, dan anoa.
Admin, jai dudui iklanna anne web ta’.
Ku titipki rong linkna webku
https://www.anonesian.com