Beberapa orang Indonesia juga tercatat pernah terlibat langsung pada perang dunia kedua di front barat atau di Eropa. Salah satu tokoh dari Indonesia yang pernah terlibat dalam perang dunia kedua di Eropa yang menarik disimak kisahnya yaitu Andi Abdul Azis, seorang pemuda Bugis yang berasal dari Barru.
Namanya mungkin tidak asing lagi bagi beberapa orang, karena memang Andi Azis ini lebih dikenal karena peristiwa pemberontakan yang pernah dilakukannya pada tahun 1950 di Makassar. Dengan mengenyampingkan peristiwa pemberontakannya itu, ada kisah lain yang lebih menarik untuk kita simak, yaitu di mana ketika ia terlibat langsung ke dalam Perang Dunia kedua di Eropa.
Andi Azis lahir di Sumpangbinangae, Barru, pada tanggal 19 September 1924. Ibunya bernama Becce Pesse, sementara ayahnya adalah Andi Djuanna Daeng Maliungan, ayah Andi Azis ini memegang jabatan sebagai Sullewatang di Kerajaan Berru.
Baca juga: Mengapa Jepang Menyerang Pearl Harbor?
Pada awal tahun 1930-an, saat Andi Azis masih berusia remaja, ia kemudian dibawa seorang pensiunan Asisten Residen bangsa Belanda ke negeri Belanda untuk bersekolah di sana.
Pada tahun 1935 ia memasuki Leger School dan tamat tahun 1938 lalu meneruskan pendidikannya ke Lyceum sampai tahun 1944. Sebenarnya Andi Azis sangat berhasrat untuk memasuki sekolah militer di negeri Belanda demi menjadi seorang prajurit, tetapi niat itu tidak terlaksana karena pecah Perang Dunia II.
Jeman (Nazi) yang merupakan blok poros pada Perang Dunia kedua mulai menguasai wilayah negara yang ada di sekitarnya. Pada tanggal 10 Mei 1940, Jerman mulai menginvasi dan menduduki Belanda.
Andi Azis kemudian masuk sebagai relawan Belanda dalam menghadapi Jerman. Andi Azis menjadi bagian dari pasukan Koninklijk Leger dan bertugas sebagai tim pertempuran bawah tanah melawan Tentara Pendudukan Jerman di Belanda.
Dari pasukan bawah tanah, kemudian Andi Azis dipindahkan kebelakang garis pertahanan Jerman, untuk melumpuhkan pertahanan Jerman dari dalam.
Suasana pertempuran di Eropa pada masa Perang Dunia kedua (kiri) dan foto Andi Azis (kanan). Foto: Erik Hariansah |
Kekuatan Jerman ternyata tidak bisa dibendung oleh musuh-musuhnya di Eropa. Satu persatu berbagai negara di Eropa Barat yang tergabung sebagai kelompok sekutu dikuasai oleh Jerman, mulai dari Belgia, Belanda, dan Perancis.
Karena di Eropa kedudukan sekutu semakin terjepit, maka secara diam-diam Andi Azis dengan kelompoknya menyeberang ke Inggris, daerah paling aman dari Jerman, walaupun sebelum 1944 Inggris sering mendapat kiriman bom Jerman dari udara.
Baca juga: Kesaksian Pilot Amerika yang Menjatuhkan Bom Atom di Jepang
Di Inggris, Andi Azis mengikuti latihan pasukan komando di sebuah Kamp sekitar 70 kilometer di luar Kota London. Andi Azis lulus dengan pujian sebagai prajurit komando. Selanjutnya pada tahun 1945 ia mengikuti pendidikan Sekolah calon Bintara di Inggris dan menjadi sersan kadet.
Pada bulan Agustus 1945, karena pasukan Shout East Asia Commando (SEAC) atau pasukan komando Asia Tenggara milik Inggris sedang dalam usaha mengalahkan Jepang di front timur, mereka memerlukan anggota tentara yang dapat berbahasa Indonesia, maka Andi Abdul Azis kemudian ditempatkan di komando Perang Sekutu di India, berpindah-pindah ke Colombo dan akhirnya ke Calcutta dengan pangkat Sersan.
Setelah Jepang menyerah tanpa syarat pada sekutu, Andi Azis diperbolehkan memilih tugas apakah yang akan diikutinya, apakah ikut satuan-satuan sekutu yang akan bertugas di Jepang atau yang akan bertugas di gugus selatan (Indonesia).
Dengan pertimbangan bahwa telah 11 tahun tidak bertemu orang tuanya di Sulawesi Selatan, akhirnya ia memilih bertugas ke Indonesia, dengan harapan dapat kembali bertemu dengan orang tuanya di Makassar. Andi Azis baru kembali ke Indonesia pada tanggal 19 Januari 1946, bersama dengan satuannya mendarat di Jawa.
Tuliskan Komentar