Sepanjang sejarah Sulawesi Selatan telah banyak diwarnai peperangan yang disebabkan berbagai alasan. Sebagian perang merupakan konflik independen, sebagian lainnya adalah kelanjutan dari konflik terdahulu. Hal yang pasti, perang biasanya menimbulkan kerugian pada setiap pihak yang terlibat. Tercatat ada beberapa peperangan yang pernah terjadi di Sulawesi mulai dari masa feodal, kolonial, hingga masa kemerdekaan. Salah satu perang yang pernah terjadi pada masa feodal di Sulawesi Selatan yaitu peperangan antara dua kerajaan kecil yang berstatus sebagai kerajaan pasal, adapun kerajaan itu adalah Agangnionjo (yang pada perkembangan selanjutnya nanti berubah menjadi kerajaan Tanete) dengan kerajaan Sawitto.
Perang yang terjadi antara Kerajaan Agangnionjo dengan Kerajaan Sawitto ini dikenal dengan Rumpana Agangnionjo atau Perang Agangnionjo, terjadi pada pertengahan abad ke-16. Sebab-sebab terjadinya pertempuran antara Kerajaan Agangnionjo dengan pasukan Kerajaan Sawitto adalah berawal dari sengketa antara Kerajaan Sawitto dengan Kerajaan Gowa.
Banyak pedagang-pedagang dari Kerajaan Sawitto yang ditahan di Kerajaan Gowa pada masa itu, ditambah dengan hubungan orang-orang Gowa dengan orang Sawitto yang kurang baik membuat raja Sawitto menjadi tidak ingin lagi mengabdi kepada Kerajaan Gowa, dengan perkataan lain Kerajaan Sawitto hendak melepaskan diri dari segala bentuk kerja sama yang ada atau ikatan tertentu dengan Kerajaan Gowa.
Setelah Kerajaan Sawitto merasa diri sudah kuat dan sanggup menghadapi Kerajaan Gowa, dipersiapkanlah segala sesuatunya untuk membuat perhitungan dengan Kerajaan Gowa. Akhirnya pada suatu hari berangkatlah raja Sawitto bersama pasukannya menggunakan perahu. Mereka berangkat berlayar menyusuri Selat Makassar menuju Gowa. setelah mereka berlayar selama sehari semalam, kebetulan mereka singgah beristirahat di salah satu pulau kecil yakni Pulau Puteanging yang merupakan wilayah kekuasaan kerajaan Agangnionjo.
Peta kuno Tanete dan Sawitto |
Ketika raja Agangnionjo yang diperintah oleh Daeng Ngasseng pada masa itu mengetahui ada beberapa perahu yang singgah di Pulau Puteanging, maka segera memerintahkan seorang utusan untuk menyelidiki siapa gerangan, mau kemana dan untuk tujuan apa mereka melakukan pelayaran. Setelah para utusan menyelidikinya, maka kembalilah melapor kepada rajanya bahwa mereka itu berasal dari Sawitto, akan berangkat ke Gowa untuk membicarakan suatu hal kepada karaengnge ri Gowa. Maka diundanglah orang-oranh sawitto itu untuk melakukan pertemuan. raja Agangnionjo kemudian menyampaikan kepada raja Sawitto bahwa jika hanya ingin menyampaikan sesutau tidak harus dengan mengikutkan banyak pasukan, melainkan hanya diperintahkan untuk menyuruh juru bicara atau utusan saja. Kemudian raja Sawitto mengatakan ingin menyabung ayam dengan Gowa, lagi-lagi raja Agangnionjo menjawab jika ingin menyambung ayam cukup menyabung ayam di Kerajaan Agangnionjo karena sang raja juga memelihara ayam aduan dari kerajaan Gowa. Akhirnya datu Sawitto menyampaikan maksud dan tujuannya bahwa Kerajaan Sawitto akan menyerang Kerajaan Gowa.
Raja Sawitto kemudian diberikan beberapa pemberian oleh raja Tanete dengan maksud agar raja Sawitto membatalkan niatnya menyerang Gowa dan kembali ke negerinya, namun raja Sawitto menolak pemberian tersebut bahkan menghina Kerajaan Agangnionjo, hal tersebut membuat rakyat Agangnionjo marah dan memicu terjadinya perang. Bukan tanpa alasan Raja Agangnionjo untuk mencegah kerajaan Sawitto menyerang kerajaan Gowa, sang raja masih memiliki hubungan pertalian darah dan kekerabatan dengan raja Gowa.
Karena kedua belah pihak masing-masing telah siaga dengan berbagai senjata tajam, maka seketika itu terjadilah peperangan Rumpana Agangnionjo yang dahsyat di sekitar Kampung Maralleng. Kejadian itu tersiar ke seluruh pelosok Kerajaan Agangnionjo sehingga orang-orang Agangnionjo berdatangan ke Maralleng untuk melakukan perlawanan. Akhirnya menjelang malam hari, pasukan Kerajaan Sawitto mulai kewalahan dan berhasil dipukul mundur sampi ke Kampung Beru, lalu masuk bersembunyi ke dalam hutan. Perahu-perahu yang ditumpangi pasukan Sawitto habis dibakar oleh rakyat Agangnionjo. Pengejaran terhadap pasukan Sawitto terus dilakukan sehingga ditemukan lagi dan kembali lagi terjadi pertempuran. Pada pertempuran di Beru, datu Sawitto terluka namun masih sempat diselamatkan oleh pasukannya, kemudian menaiki perahu rakyat Agangnionjo untuk dipakai melarikan diri pulang berlayar ke Sawitto, dengan demikian berakhirlah Rumpana Agangnionjo yang memakan banyak korban ini. Pada peristiwa pertempuran tersebut Kerajaan Agangnionjo berhasil memenangkan peperangan.
Setelah kejadian itu diketahui oleh Kerajaan Gowa, maka raja Gowa langsung mengutus Bate Salapang untuk meninjau Kerajaan Agangnionjo yang baru saja dilanda perang. Kedatangan Bate Salapang bukanlah sekedar berkunjung, tetapi yang lebih penting adalah menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi raja Gowa kepada raja Agangnionjo.
Tuliskan Komentar