Matahari telah tepat berada di atas kepala, namaun demikian, tidak kunjung memancarkan sinar terang, terhalang oleh awan mendung dan kabut yang menutupinya. Sesekali terasa rintik butiran air turun mengenai wajah, diiringi oleh hembusan angin dingin yang menerpa rumput ilalang dan padang rumput yang luas.
Demikian suasana yang kerap dirasakan di atas salah satu puncak gunung di Desa Palakka, Kabupaten Barru. Oleh masyarakat dan kebanyakan orang, gunung itu dikenal dengan nama Puncak Kappire.
Berjarak sekitar 110 km ke arah Utara Kota Makassar, Puncak Kappire tepat berada pada perbatasan antara Kabupaten Barru dan Kabupaten Soppeng.
Baca juga: Gunung Batu Lapidde Barru
Puncak yang memiliki ketinggian 1100 MDPL berdasarkan batu triangulasi dan 970 MDPL menurut Google Earth ini memang kerap dikunjungi oleh para pendaki dari berbagai daerah untuk sekedar berwisata ataupun mengikuti event pendakian.
Meski ramai dikunjungi para pendaki, namun tidak banyak yang tahu kalau di Puncak Kappire terdapat beberapa makam kuno yang telah tertutupi oleh semak-semak. Bahkan nama Puncak Kappire sendiri diduga berasal dari makam kuno itu.
Baca juga: Situs Makam Megalitik Sumpang Ralla, Tanete Riaja
Makam itu di belakang puncak, berada dekat dengan aliran sungai, tepat di sisi kanan jalan ketika memasuki area padang rumput yang luas.
Tidak banyak informasi yang ditemukan mengenai siapa saja orang yang dimakamkan di situ. Namun berdasarkan pendekatan ilmu sejarah dan arkeolongi, diduga makam ini merupakan sebuah makam pra-Islam. Artinya, sudah ada sebelum agama Islam berkembang di kalangan Masyarakat Barru.
Ada beberapa ciri yang menguatkan dugaan kalau itu merupakan makam pra-Islam. Seluruh badan makam terbuat dari batu alam yang menjadi unsur dari kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan asli yang sudah ada sejak masa praaksara.
Baca juga: Kebudayaan Megalitikum di Kabupaten Barru
Lokasi makam yang berada di puncak gunung, ini merupakan ciri kepercayaan masyarakat dulu, semakin tinggi tempat seseorang dimakamkan, semakin cepat pula arwahnya sampai ke langit. Gunung juga dianggap sebagai tempat suci untuk melakukan berbagai ritual.
Arah atau orientasi makamnya juga berbeda. Kalau sekarang menurut pemakaman Islam, arah orientasi makam memanjang Utara-Selatan. Kalau makam di Puncak Kappire justru berorientasi memanjang Timur-Barat.
Baca juga: Seperti Apa Ritual Pemakaman Orang Bugis dan Makassar Pada Masa Pra-Islam?
Karena makam itu berasal dari zaman di mana masyarakat belum mengenal Islam, maka makam itu kadang disebut sebagai makam orang kafir. Penyebutan kafir dalam Bahasa Bugis adalah kapere. Dari kata kapere inilah yang menjadi nama Puncak Kappire.
Gunung serupa juga ditemui di wilayah Kabupaten Enrekang. Tepatnya berada di Kecamatan Baraka, terdapat sebuah gunung yang oleh masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Buntu Kapere. Di puncaknya juga terdapat makam kafir (makam pra-Islam) yang menjadi asal usul nama gunung itu.
Tuliskan Komentar