Film De Oost merupakan film produksi Belanda yang mengisahkan tokoh Johan (diperankan oleh Martijn Lakemeijer), seorang prajurit muda Belanda yang tergabung dalam pasukan di bawah komando Kapten Raymond Westerling.
Pada awalnya, Johan dikisahkan sangat mengagumi gaya kepemimpinan karismatik dari Westerling yang diperankan oleh Marwan Kenzari, pemeran Jafar di film Aladdin (2019).
Namun, seiring perang memanas, Johan jadi tidak bisa membedakan batas antara yang baik dan buruk lagi. Hal ini karena Westerling selalu membungkam rakyat Indonesia yang dia anggap pemberontak dengan cara yang kejam dan tanpa ampun.
Dia melancarkan aksi militer melawan gerilyawan Indonesia dan aksi pembersihan di Sulawesi Selatan yang merupakan peristiwa pembunuhan terhadap puluhan ribu warga sipil di Sulawesi Selatan pada rentang waktu 1946-1947. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Pembantaian 40.000 warga Sulawesi Selatan.
Baca juga: Kisah Pembantaian Westerling di Indonesia Dituangkan Dalam Film De Oost
Disutradarai oleh Jim Taihuttu yang sebelumnya dikenal lewat film Wolf (2013) dan ditulis bersama dengan Mustafa Duygulu. Baru-baru ini film De Oost telah rilis pada tanggal 13 Mei 2021.
Hal menarik dari film ini adalah ketika adegan Johan dan Westerling bersama pasukannya menyerang sebuah desa di Sulawesi Selatan. Dalam narasi adegannya, Kapten Westerling menyebut nama kampung Lisoe.
Kampung Lisoe merupakan ejaan lama dari Kampung Lisu yang sekarang berada di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.
Baca juga: 48 Korban Pembantaian Westerling Di Lisu Pasa Baru, Tanete Riaja, Barru
Berdasarkan sumber-sumber sejarah, Kampung Lisu di Barru memang merupakan salah satu kampung yang menjadi sasaran pembantaian oleh Westerling. Untuk memperingati peristiwa itu, di Lisu Pasar Baru telah dibangun sebuah monumen, lengkap dengan 48 nama yang menjadi korban keganasan Westerling.
Adegan film berlanjut ketika Westerling mengumpulkan dan memanggil satu per satu warga Kampung Lisu yang diduga menjadi pejuang kemerdekaan. Sudah pasti nama-nama yang dipanggil itu akan ditembak di tempat.
Dalam adegan film, salah satu warga yang dipanggil untuk dieksekusi bernama Puang Side. Ia diperintahkan berdiri didepan Westerling kemudian ditembak langsung tepat pada bagian dahi.
Baca juga: Koleksi Foto Pembantaian Westerling di Barru
Dalam sejarah, Puang Side memang merupakan salah satu korban pembantaian Westerling di Kampung Lisu, namanya dituliskan pada Monumen Lisu Pasar Baru dengan nomor 13 atas nama La Side.
Penggarapan film De Oost ini memang sangat memperhatikan akurasi sejarah. Sebelum melakukan produksi film, telah dilakukan pengkajian sejarah secara mendetail berdasarkan peristiwa pembantain di Sulawesi Selatan, termasuk mengkaji lokasi di mana Westerling melancarkan aksinya.
Baca juga: Peranan La Bandu Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Tanete-Barru
Aksi pembantaian Westerling di Barru, khususnya di Kampung Lisu Pasar Baru terjadi saat hari pasar pada tanggal 7 Februari 1947. Pada aksinya itu, Westerling membunuh sebanyak 48 orang.
Penembakan di Lisu Baru berakhir setelah seorang anggota pasukan Belanda yang berjaga di luar pasar melepaskan tembakan di udara. Para algojo menghentikan penembakan mungkin karena menyangka ada pasukan gerilya tiba.
Naman 48 korban itu tertulis di Monumen Lisu Pasa Baru, Tanete Riaja. 47 orang dikenal dan seorang lagi sebagai Pahlawan Tidak Dikenal Identitasnya.
Tuliskan Komentar