Modern Nasional

Pertempuran Laut Aru: Peristiwa Berdarah Pembebasan Irian Barat

KRI Matjan Tutul
KRI Matjan Tutul. (c) id.wikipedia.org

Irian Barat 1962. Sebuah pesawat pengintai Belanda melaporkan adanya kapal perang yang berlayar cepat di perairan Laut Aru bergerak menuju Irian Barat.

Saat itu jam setengah sembilan malam, dan komandan kapal Belanda Hollandia segera memberi perintah untuk menyerang kapal yang mendekat itu yang ternyata kapal Angkatan Laut Indonesia.

Pada 15 Januari 1962, Angkatan Laut Belanda berhasil menenggelamkan satu kapal Indonesia yang berlayar itu. Ternyata kapal yang ditenggelamkan tidak membawa torpedo, tetapi penuh dengan pasukan penyusup.

13 tahun sebelumnya

Pada tahun 1949, Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia pada Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag, Belanda. Pemerintah Belanda pernah melakukan segala upaya untuk mempertahankan koloninya itu.

Baca juga: Belanda Tidak Rela Indonesia Merdeka

Aksi polisionil atau agresi militer yang terkenal kejam dilancarkan Belanda untuk memerangi perlawanan rakyat Indonesia, ternyata menyebabkan banyak kekacauan. Secara internasional, ada banyak tekanan dari dunia pada Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

Namun pada KMB, Belanda hanya mengakui wilayah Indonesia bagian barat sampai Kepulauan Maluku di timur, sementara bagian barat dari Pulau Papua tetap menjadi bagian dari Belanda sampai tahun 1962.

Menunggu penyelesaian akhir

Sejak tahun 1949, orang-orang telah menunggu penyelesaian sengketa antara Indonesia dengan Belanda untuk permasalahan Irian Barat. Masalah ini adalah penyebab konflik militer antara angkatan laut Indonesia dan Belanda pada tahun 1962.

Soekarno melancarakan Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dilancarkan untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Baca juga: Frans Kaisiepo dan Irian Barat

Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.

Operasi Militer

Pada bulan Januari 1962, Presiden Indonesia Soekarno memutuskan untuk melakukan misi militer di Papua untuk menyusup dan melancarkan pemberontakan di antara penduduk setempat.

Tiga kapal perang yang penuh dengan penyusup dikirim, ketiga kapal itu adalah KRI Harimau, KRI Matjan Kumbang, dan KRI Matjan Tutul.

KRI Matjan Tutul yang tenggelam dalam Pertempuran Laut Aru
KRI Matjan Tutul. Foto: id.wikipedia.org

Sebuah pesawat pengintai Belanda melihat tiga kapal yang mendekat penuh dengan muatan penyusup dari Indonesia. Belanda segera mengepung dan menyerang kapal Indonesia itu.

Begitu melihat gelagat akan diserang, serentak semua KRI putar arah. Namun ada yang aneh dengan KRI Matjan Tutul. Alih-alih mengikuti terus gerakan kedua kapal lainnya, KRI Macan Tutul malah memutar dengan kekuatan penuh menuju kapal Belanda.

Baca juga: Raja Belanda Menyampaikan Permintaan Maaf Atas Kekerasan yang Terjadi di Indonesia Pada Masa Lalu

Kapal Belanda kemudian memuntahkan peluru meriam 12 cm-nya ke posisi KRI Matjan Tutul. KRI Matjan Tutul pun perlahan mulai tenggelam dan terkubur selamanya di lautan Aru. Dua puluh satu awaknya gugur seketika, termasuk Wakasal Komodor Jos Soedarso.

Komodor Yos Sudarso
Komodor Yos Sudarso.Foto: id.wikipedia.org

Bagi Belanda, pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran Flat Corner, karena pertempuran terjadi di dekat Cape Flat Corner. Sementara bagi masyarakat Indonesia, pertempuran ini dikenal sebagai Pertempuran Laut Aru, karena terjadi di perairan Kepulauan Aru.

Irian Barat menjadi bagian dari Indonesia

Secara militer, aksi Indonesia gagal, terutama damam Pertempuran Laut Aru. Karena itu pemerintah Belanda menyadari bahwa Pulau Irian bagian barat hanya dapat dipertahankan dengan kekuatan militer. Karena alasan ini, administrasi wilayah Irian Barat sementara dipindahkan ke PBB.

Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Salah satu hasil dari Persetujuan New York adalah PBB membentuk United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).

Setahun kemudian, Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada Indonesia. Sejak itu Pulau Papua bagian barat disebut Irian Barat dan menjadi bagian dari Indonesia. Ini berarti bahwa koloni Belanda terakhir di timur hilang.

Tuliskan Komentar