Barru Raya Warta Sejarah

Ibu I Tangang, Passureq Asal Barru yang Menerima Penghargaan Pada Perhelatan Gau’ Maraja

Festival budaya tradisional dan kontemporer bertajuk Gau’ Maraja kembali akan digelar Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan atau BPNB Sulsel, unit pelaksana teknis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bidang pelestarian nilai budaya.

Gau’ Maraja di tahun 2020 merupakan kali kedua, dimana sebelumnya digelar pada tahun 2019.

Selama perhelatan Gau’ Maraja akan digelar sejumlah rangkaian event, yakni pertunjukan tari kolosal, teater, seni lukis, pertunjukan seni, festival kuliner, seni instalasi, penghargaan Gau’ Maraja, lomba foto dan video, lomba murah, dan festival permainan rakyat.

Gau’ Maraja akan berlangsung selama 2 hari, Jumat – Sabtu (30-31/10/2020), di Pantai Akkarena, Tanjung Bunga, Makassar, Sulawesi Selatan.

Baca juga: Memori Festival dan Seminar Internasional La Galigo Pertama di Barru

Pada malam puncak pelaksanaan perhelatan Gau’ Maraja, Jumat malam 30 Oktober 2020. Tampil perporma tari kreasi dari Sanggar Seni Bolong Ringgi dari Barru dan Sanggar Seni Batara Gowa dari Makassar.

Selain penampilan beberapa tari kreasi, pada malam puncak juga diumumkan Penghargaan Gau’ Maraja atau pemberian penghargaan kepada beberapa tokoh Sulawesi Selatan yang dianggap berjasa dalam memajukan kebudayaan.

Salah satu penerima penghargaan itu adalah Ibu I Tangang, seorang maestro passureq yang berasal dari Barru. Ia menerima penghargaan kebudayaan kategori Sastra Lisan.

Baca juga: I La Galigo: Menyelami Karya Sastra Terbesar dari Sulawesi

Ibu I Tangang lahir di Binuang, Barru, pada 30 Oktober 1949. I Tangang merupakan salah seorang Passureq atau penutur sastra lisan sya’ir-sya’ir dalam kitab I La Galigo. Disaat tidak ada lagi orang yang menginginkan untuk menjadi seorang passureq, I Tangngang menjadi figur yang sangat dicari dan dibutuhkan.

Sering tampil membawakan sya’ir dalam kitab I La Galigo, I Tangang mengajarkan anak-anak massureq sebagai bentuk melestarikan tradisi yang hampir punah. Ia melanturkan kitab I La Galigo episode demi episode, di antaranya episode Sangiangseri dan Meong Palo Karellae.

Baca juga: Kisah Meong Palo Karellae di Barru

I Tangang pula sering dimintai oleh masyarakat tani untuk mappangnguju bine atau mempersiapkan benih padi untuk ditabur nantinya. Karena ia dianggap menguasai tatanan pengolahan lahan padi yang banyak diulas dalam sureq yang sering dibacakannya.

I Tangang juga sering dimintai untuk mappammula sangking atau memulai panen padi ketika musim panen tiba, karena I Tangang menguasai segala urusan agraris yang diurai dalam sureq yang sering dibacakannya.

Tuliskan Komentar