Berikut ini adalah sejara singkat Takalar mulai dari zaman feodal atau kerajaan, zaman pemerintahan Hindia Belanda, hingga masa kemerdekaan dan terbentuknya Kabupaten Takalar.
Panorama pantai Topejawa, Takalar pada sekitar tahun 1933. Kini pantai Topejawa sudah menjelma menjadi kawasan wisata dengan keindahan alam birunya pantai, kolam renang dan banyak wahana dan fasilitas wisata lainnya. Foto: KITLV. |
Sejarah Takalar pada masa Kerajaan
Sejarah Takalar tidak bisa dipisahkan dari keberadaan kerajaa-kerajaan yang berdiri pada masa lalu. Sebelum Belanda berkuasa di wilayah Takalar, dahulu wilayah Takalar terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan. Adapun beberapa wilayah kerajaan itu yang cukup terkenal di anataranya Kerajaan Galesong, Kerajaan Sanrobone, dan Kerajaan Polongbangkeng.
Kerajaan Galesong
Di dalam sejarah, Galesong adalah salah satu wilayah kekuasaan kerajaan Gowa. Terdapat satu catatan yang menjelaskan bahwa pada tanggal 13 Juni 1635, saat itu Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-14, tinggal di Beba (kini adalah salah satu desa di mana terdapat Tempat Pendaratan Ikan yang ramai), salah satu daerah di utara Galesong di dekat pantai.
Baca juga: Sejarah Butta Toa: Awal Mula Kemunculan Bantaeng
Beberapa penguasa Galesong masih merupakan kerabat atau keluarga dari kerajaan Gowa, diantaranya adala Karaeng Galesong putra Sultan Hasanuddin dari istri keempatnya bernama I Hatijah I Lo’mo Tobo yang berasal dari kampung Bonto Majannang.
Karaeng Galesong bernama lengkap I Mannindori Kare Tojeng Karaeng Galesong, lahir pada 29 Maret 1655. Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, ia diangkat sebagai Karaeng Galesong dan kemudian menjadi panglima perang kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa dan Galesong tidak bias terpisahkan pada saat itu.
Wilayah politik Galesong terus bertahan sampai pada tahun 1914, saat itu Kerajaan Galesong di Pangku Oleh Karaeng Larigau Daeng Mangingruru hingga berakhir pada tahun 1951, kemudian selanjutnya pada tahun 1952 sampai dengan 2009 dilantiklah A.J. Bostan Karaeng Mamad’ja sebagai Pemangku Adat Karaeng Galesong, nama pemangku adat ini sebagai pengganti nama kerajaan karena tidak memungkin lagi pada struktur ketatanegaraan di Indonesia.
Kerajaan Sanrobone
Sebelum kerajaan ini terbentuk, di wilayah ini telah ada beberapa kelompok masyarakat, yaitu Bajeng, Malewang, Bangkalang, Lassang, Galesong, Jipang dan Kantingan. Pada masa pemerintahan raja Gowa Tumamparisis Kallongna memperluas wilayah kekasaannya ke selatan, kerajaan Gowa yang dibantu oleh Jipang menyerang Kantingan.
Baca juga: Tumanurung Bainea dan Berdirinya Kerajaan Gowa
Pada penyerangan itu, Kantingan mengalami kekalahan, wilayahnya kemudian dipecah menjadi beberapa wilayah. Beberapa wilayah pecahan itu kemudian membentuk persekutuan yang disebut dengan Sanrobone.
Pada perkembangan selanjutnya, hubungan Sanrobone dengan Gowa semakin membaik, terlebih setelah raja Gowa Sultan Hasanuddin menikah dengan I Petta Daeng Nisali dari Sanrobone. Kerajaan Sanrobone turut mengalami kemunduran setelah kerajaan Gowa mengalami kekalahan pada Perang Makassar pada tahun 1667 dan harus menandatangai Perjanjian Bungaya.
Sebuah Makam di Topejawa dekat Laikang, Takalar yang ramai di ziarahi. Kemungkinan ini adalah Makam Raja Sanrobone. Foto makam diambil pada tahun 1933. Foto: KITLV. |
Reruntuhan Benteng Sanrobone. Foto: liputan6.com |
Kerajaan Polongbangkeng
Nama Polongbangkeng sudah ada di dalam lontara Patturioloangan Gowa di zaman raja Gowa ke-10, Tunipalangga Ulaweng (memerintah 1546-1565). Dikisahkan bahwa Galesong di bawah pimpinan karaeng Loe Rigalesong menyerang kerajaan Bajeng.
Akhirnya Karaeng Galesong berhasil menaklukkan Bajeng. Sebagai hadiah, maka Karaeng Galesong mendaptkan tanah/wilayah di Bontokaddopepe dari raja Gowa yang merupakan kerajaan induk Galesong.
Baca juga: Tellumpoccoe: Persekutuan Antara Tiga Kerajaan Bugis di Sulawesi
Nama Polongbangkeng itu sendiri berawal dari kisah penyerangan itu. Polongbangkeng artinya orang-orang Bajeng yang berada dalam pengawasan kerajaan Gowa, pengawasan langkah-langkahnya untuk tidak kembali melawan Gowa.
Sejarah Takalar pada masa Pemerintahan Hindia Belanda
Di masa pemerintahan Belanda, Takalar berstatus sebagai Onderafdeling yang tergabung dalam daerah Afdeling Makassar bersama-sama dengan Onderafdeling Makassar, Onderafdelig Gowa, Onderafdeling Maros, Onderafdeling Pangkajene Kepulauan dan Onderafdeling Jeneponto.
Onderafdeling Takalar, membawahi beberapa district atau gemenschap, yaitu District Polombangkeng, District Galesong, District Topejawa, District Takalar, District Laikang, District Sanrobone. Setiap district diperintah oleh seorang Kepala Pemerintahan yang bergelar Karaeng, kecuali District Topejawa diperintah oleh Kepala Pemerintahan yang bergelar Lo’mo.
Jalan poros Takalar dengan jembatan penghubung tahun 1925. Foto: Wereldculturen. |
Masa kemerdekaan hingga menjadi kabupaten
Setelah Indonesia merdeka, maka pada tanggal 10 Februari 1960, Takalar berubah status menjadi Kabupaten, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 1959 tentang pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II di Sulawesi.
Setelah terbentuknya Kabupaten Takalar, maka Districk Polombangkeng dijadikan dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Polombangkeng Selatan dan Polombangkeng Utara. Districk Galesong dijadikan dua Kecamatan, yaitu Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong Utara.
Baca juga: Inilah Sejarah Asal-usul Nama Sinjai
Districk Topejawa, Districk Takalar, Districk Laikang dan Districk Sanrobone menjadi Kecamatan Totallasa yang merupakan singkatan dari Topejawa, Takalar, Laikang dan Sanrobone. Kecamatan Totallasa selanjutnya berubah menjadi Kecamatan Mangarabombang dan Kecamatan Mappakasunggu.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2001 terbentuk lagi sebuah Kecamatan yaitu Kecamatan Pattallassang yang menjadi Ibu kota Takalar. Terakhir dengan Perda Nomor 3 Tahun 2007 tanggal 27 April 2007 dan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tanggal 27 April 2007, dua kecamatan baru terbentuk lagi.
Dua kecamatan itu adalah Kecamatan Sanrobone yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Mappakasunggu, dan Kecamatan Galesong yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Galesong Selatan dan Kecamatan Galesong Utara. Sehingga dengan demikian sampai sekarang Kabupaten Takalar terdiri dari sembilan Kecamatan.
Karaeng loe ri Malewaya/Polongbangkeng sekarang Kabupaten Takalar tidak pernah tunduk dan takluk oleh Raja Gowa, malah Raja Gowa dan Galesong bersekongkol untuk menghabisi jiwa Karaeng loe, dengan sebuah anak panah yg namanya BU’LEA , berkat kesaktian dan penyerahan diri beliau kepada yg maha kuasa beliau selamat, dan saat ini pusaka kalompoang dari Karaeng loe berada di Ballak Lompoa Limbung ,kab.Gowa
Terima kasih banyak Daeng atas tambahan ilmunya.