Dari ke tujuh putra-putri We Tenrileleang tersebut di atas salah satunya adalah Penangngareng Datu Marioriwawo yang menikah dengan La Sunra Datu Lamuru yang juga merupakan kakek dan nenek dari La Wana Datu Botto.
Dari pernikahanya I Penangngareng Datu Marioriwawo dengan La Sunra Datu Lamuru, dikaruniai beberapa orang anak, salah satunya yaitu La Tenri Datu Botto. La Tenri Datu Botto menikah dengan Patimang Daeng Baji Arung Batu Pute putri dari La Wawo Addatuang Sidenreng XIII dan lahirlah tiga orang putra diantaranya La Wana Datu Botto.
La Wana Datu Botto memerintah di Kerajaan Botto, Soppeng, yang diwariskan oleh ayahnya La Tenri Datu Botto, sekitar tahun 1825 M-1840 M. Pada masa pemerintahannya di Kerajaan Botto, Soppeng, beliau menikah dengan I Tungke Datu Marioriwawo puteri dari La Rumpang Mega Datu Lamuru dengan Isterinya Pancaitana Arung Akkampeng.
Dari pernikahannya itu dikaruniai beberapa putra diantaranya Abdul Gani Baso Batu Pute Datu Soppeng XXXIV, Walinono Datu Botto dan Tenri Leleang Besse Mario Arung Akkampeng. Walinono menggantikan La Wana memerintah di Kerajaan Botto dan selanjutnya digantikan oleh putranya La Wawo Datu Botto.
Bagunan kanopi pelindung makam La Wana Datu Botto. Foto: Erika Hariansah |
La Wana pindah ke Batu Pute (sekarang Soppeng Riaja, Kabupaten Barru). Di tempat itu beliau melanjutkan pemerintahan yang diwariskan dari ibunya Patimang Daeng Baji Arung Batu Pute. Selain pernikahannya dengan I Tungke Datu Mario Riwawo beliau juga menikah dengan Mattingara Arung Palanro Arung Guru Sidenreng dan I Makkawaru. Selain itu beliau masih memiliki istri yang lain dan memiliki putera dari pernikahannya itu.
Baca juga: Kebudayaan Megalitikum di Kabupaten Barru
Dari perkawinannya dengan Mattingara Arung Guru Sidenreng, dikaruniai tiga orang anak yaitu Parellei Petta Leppanae Arung Palanro Petta Manyoroe (Petta dengan pangkat Mayor), Ippung Arung Guru Sidenreng dan Uneng.
Dalam masa pemerintahannya di Kerajaan Batu Pute, beliau juga membantu istrinya Mattingara Arung Guru Sidenreng melaksanakan pemerintahan di Kerajaan Palanro dan Sidenreng. Beliau memerintah di Kerajaan Batu Pute dari tahun 1840 M hingga akhir hayatnya dengan aman dan damai.
Makam La Wana tampak dari sisi timur. Foto: Erik Hariansah. |
Makam La Wana (kanan) dan makam isterinya (kiri) dari sisi selatan. Foto: Erika Hariansah. |
Dari sisi barat. Foto: Erik Hariansah. |
Batu kerikil yang berada di atas makam merupakan pecahan batu karang. Foto: Erik Hariansah. |
Lokasi Makam
Makam La Wana Datu Botto terletak di Batupute, Desa Batupute, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Makam ini berada persis dalam satu kompleks dengan pemakaman umum yang berlokasi sekitar 500 meter ke arah timur dari Kantor Desa Batupute.
Baca juga: Kompleks Makam Abdul Rahman Syekh Bojo, Kec. Mallusetasi
Batas-batas
Adapun batas-batas dari Makam La Wana di antaranya; di sebelah utara berbatasan dengan kebun masyarakat, sebelah timur berbatasan dengan kebun masyarakat, di sebelah selatan berbatasan dengan pemakaman umum masyarakat, dan di sebelah baratnya juga berbatasan dengan kompleks pemakaman masyarakat.
Makam La Wana (kanan) dan makam isterinya (kiri). Foto: Erik Hariansah. |
Deskripsi situs
Makam La Wana berada dalam kompleks pemakaman umum masyarakat Batupute. Makam La Wana dilindungi oleh bangunan pelindung berupa kanopi terbuat dari kayu dan atap seng yang telah dibangun oleh ahli warisnya. Sementara bagian lantai di sekitar makam juga telah dibeton dan dipasangi ubin. Di sekeliling makam dipagari dengan pagar besi.
Di dalam bagunan kanopi terdapat dua buah makam yang bersebelahan. Yaitu makam La Wana itu sendiri dan di sebelah baratnya merupakan makam istrinya. Makam La Wana dan istrinya terbuat dari batu padas, kemudian di atasnya ditaburi dengan kerikil dari pecahan batu karang.
Baca juga: Situs Rumah Adat Saoraja Lapinceng
Makam La Wana memiliki dua buah nisan yang terbuat dari kayu dan dua jirat, sementara makam isterinya hanya memiliki dua nisan tanpa jirat. Untuk bagian kaki makam sudah tidak terlihat lagi karena tertimbun oleh timbunan beton dan ubin.
Adapun perincian ukuran makam La Wana dan istrinya sebagai berikut: Makam La Wana memiliki panjang 158 cm, lebar 80 cm. Jirat makam memiliki tinggi 77 cm dan tebal 10 cm, pada bagian jirat ini berbentuk hampir menyerupai segitiga, di mana pada bagian bawah atau pangkal melebar kemudian menyempit pada bagian atasnya. Pada bagian nisan memiliki tinggi 108 cm dan tebal 10 cm.
Sementara itu makam istri La Wana memiliki ukuran panjang 130 cm dan lebar 80 cm. Pada bagian nisan memiliki ukran tinggi 23 cm, lebar 25 cm, dan tebal 13 cm.
Istilah Arung Guru perlu diklarifikasi persamaan dan perbedaan dengan istilah disebut Anre Guru (Bugis) atau Andong Guru (Mandar) dan Anrong Guru (Makassar).
http://repositori.kemdikbud.go.id/13573/
Batu pute adalah wilayah pemberian Raja Bone kepada Raja Soppeng yang sebelumnya berada sebagai daerah kesatuan rumpung Ade Patappuloe/Nepo. Daerah adalah kawasan yang sama dengan Siddo dan Laboso Mangkoso sebagai wilayah yang ditakluk Kerajaan Bone akibat pelanggaran dilakukan oleh Nepo dan Kiru-kiru yang memberi bantuan kepada Kerajaan Sidrap.
Tabe sedikit tambahan…Puakku La Wana Datu Botto 4 Bersaudara ;
1.I Banna Petta Kanang
2.La Wana Datu Botto
3.La Bandu/Abdullahi Baso Batupute
4.I Lawiyah