Hal ini menarik untuk disimak karena meskipun Andi Abdul Muis bekerja sebagai pegawai pada pemerintahan kolonial Belanda tetapi ia tidak patuh dan tunduk kepada atasannya dengan penuh kesetiaan dan tidak sampai hati menjadikan bangsanya sebagai objek dari kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.
Meskipun pada mulanya organisasi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan secara politis dan militer Jepang dari rakyat atau untuk membantu usaha pertahanan Jepang dalam rangka menghadapi tekanan-tekanan pasukan Sekutu.
Baca juga: Riwayat Perjuangan Laskar Gerakan Pemuda Tanete
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa latihan latihan tersebut menjadi modal pengalaman yang sangat penting bagi pemuda-pemuda untuk memperkuat kesatuan-kesatuan kelasykaran dalam rangka perjuangan menegakkan, membela dan mempertahankan kemerdekaan kelak di kemudian hari.
Di samping itu, para pemuda diberikan kesempatan pula untuk bergiat dalam organisasi massa dan mengikuti latihan- latihan militer. Sebagian pemuda dilibatkan dalam Heiho (Pasukan Bantuan Tentara Jepang) dan Seinendan (Korps Pemuda).
Pada rapat umum yang dihadiri oleh semua lapisan sosial di masyarakat tersebut atas kerjasama Andi Abdul Muis dan Abdul Karim serta tokoh-tokoh masyarakat dan pemuda akhirnya berhasil dibentuk Gerakan Pemuda Tanete (GPT).
Baca juga: Perjuangan Abdul Karim di Barru Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Ketika Abdul Karim ditunjuk sebagai Komandan GPT dan sejak itu organisasi-organisasi perjuangan yang telah dibentuk sebelumnya seperti pasukan penggempur BKR/Barisan Pemuda Tanete dan kepanduan SIAP dari PSII dilebur ke dalam GPT.
Untuk memperkuat persenjataan organisasi perjuangan GPT yang telah dibentuk maka dua hari kemudian yaitu pada tanggal 17 September 1945 dengan mempergunakan mobil truk yang dirampas dari Jepang, pemuda-pemuda di bawah pimpinan Abdul Karim melakukan penyerbuan ke tempat tentara Jepang di Pacciro, Takkalasi.
Hal ini dilakukan karena mereka mendapat informasi bahwa tentara Jepang di tempat itu mempunyai banyak senjata, pedang samurai, pakaian tentara Jepang dan gula pasir.
Andi Abdul Muis |
Baca juga: Peranan La Bandu Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Tanete-Barru
Upaya-upaya untuk memperkuat organisasi perjuangan GPT dilakukan tanpa mengenal lelah, baik melalui pengadaan senjata maupun melalui jalinan kerjasama dengan organisasi-organisasi perjuangan di Makassar dan Pare-Pare.
Dalam perkembangan selanjutnya, Andi Abdul Muis Tenridolong mengeluarkan instruksi pada tanggal 13 Oktober 1945 agar pasukan GPT melakukan persiapan untuk mencegah aparat NICA dan serdadu KNIL yang membonceng pada pasukan Sekutu masuk ke pedalaman serta persiapan tempat latihan bagi pasukan GPT di Sikapa. Untuk itu, diundanglah pelatih-pelatih tertentu guna melatih pasukan GPT dalam bidang kemiliteran.
Pada tanggal 20 Oktober 1945 atas desakan para pejabat NICA, Brigjen F.O. Chilton menyetujui pengiriman beberapa batalyon pasukan sekutu untuk menduduki daerah-daerah pedalaman dan memerintahkan pada pasukannya agar membantu NICA dalam memulihkan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda di daerah-daerah yang telah diduduki.
Kenyataan itulah yang mendorong para pemuda-pemuda melancarkan serangan umum terhadap kota Makassar yang ditujukan kepada semua posisi NICA dan tempat-tempat strategis, seperti stasiun radio, Asrama Polisi NICA, Kantor CONICA, Hotel Empress dan sebagainya pada tanggal 28 dan 29 Oktober 1945.
Atas serangan pemuda-pemuda tersebut maka pimpinan pasukan Sekutu Brigjen F.O. Chilton mengeluarkan suatu pengumuman yang sangat merugikan bagi perjuangan dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan di Sulawesi Selatan.
Salah satu daerah yang menjadi sasaran pemuda-pemuda tersebut adalahTanete-Barru. Kehadiran pemuda-pemuda dari Makassar tersebut mendapat sambutan baik dari Andi Abdul Muis dan para pemuda pejuang dari Tanete-Barru.
Pengawasan pihak NICA terhadap Andi Abdul Muis semakin ketat setelah pemuda-pemuda yang terkoordinir dalam organisasi perjuangan Gerakan Pemuda Tanete (GPT) melakukan aksi-aksi penghadangan di perbatasan Butung dan Mandalle, pengrusakan Jembatan BottoE, pengrusakan kawat telepon, penebangan pohon di pinggir jalan dan pertempuran-pertempuran dengan pasukan NICA. Namun untuk menangkap Andi Abdul Muis Tenridolong tidaklah mudah.
Akhirnya pada bulan Maret 1947, Andi Abdul Muis ditangkap oleh serdadu Belanda, dibawa ke parepare untuk di pertontonkan kemudian dibunuh, sampai sekarang tidak diketahui keberadaan makamnya.
Tuliskan Komentar