Kuno Sulsel

Penemuan Fosil Perempuan “Besse” Kerangka Berusia 7.000 Tahun di Sulawesi Selatan

Penemuan Fosil Besse telah mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba di Asia dan Australia ternyata telah berlangsung lebih tua lagi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Jejak genetik dalam tulang belulang seorang perempuan muda yang meninggal 7.000 tahun lalu di Maros, Sulawesi Selatan memberikan petunjuk baru kepada dunia bahwa pencampuran antara manusia purba Homo Sapiens di Indonesia dan manusia purba Denisovan yang berasal dari Siberia ternyata jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Seperti dilansir dari kompas.tv, teori tentang migrasi manusia purba di Asia dapat berubah oleh hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada bulan Agustus lalu.

Fakta ini muncul setelah dilakukan analisis DNA, atau sidik jari genetik, dari tulang belulang perempuan muda yang ditemukan di dalam sebuah gua di Maros, Sulawesi Selatan. Gadis itu diperkirakan berusia 17 hingga 18 tahun ketika dia meninggal dan dimakamkan di gua.

Baca juga: Epik! Lukisan Babi di Gua Sulawesi Berusia 45.000 Tahun

Para peneliti menamai jasad perempuan muda itu dengan sebutan “Besse,” menggunakan istilah bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa Bugis. Fosil ini sebenarnya merupakan fosil Toalean atau Manusia Toala (Manusi Hutan), penamaan jenis kebudayaan manusia purba yang pernah mendiami Sulawesi Selatan.

Fosil Besse
Fosil Besse yang ditemukan di dalam gua Leang Panninge. Foto: nature.com

DNA dari fosil Besse adalah salah satu dari sedikit spesimen yang terpelihara dengan baik yang ditemukan di daerah tropis.

“Ada kemungkinan wilayah Wallacea bisa menjadi titik pertemuan dua spesies manusia, antara manusia Denisovans dan homo sapiens awal,” kata Adam Brumm, seorang arkeolog dari Universitas Griffith Australia.

Baca juga: Lukisan di Dinding Gua Sulawesi Mungkin Salah Satu Seni Tertua Dunia

Adam Brumm, salah satu ilmuwan yang ikut dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia yang mencakup Sulawesi Selatan, tempat ditemukannya jasad dengan batu di tangan dan panggulnya, yang ditemukan di kompleks gua Leang Panninge (Gua Kelelawar), Maros, Sulawesi Selatan.

Adapun Manusia Denisovan adalah sekelompok manusia purba yang dinamai dari sebuah gua di Siberia tempat jenazah mereka pertama kali diidentifikasi pada tahun 2010.

Hasil penelitian menunjukkan fosil Besse merupakan keturunan dari orang-orang Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania tetapi memiliki sebagian unsur DNA manusia Denisovan, kata para ilmuan.

Leang Panninge tempat penemuan Fosil Besse
Gua Leang Panninge. Foto: nature.com

Baca juga: 5 Karya Seni Tertua di Dunia

Selama ini para ilmuan mengira orang-orang Asia Utara seperti Denisovans hanya tiba di Asia Tenggara sekitar 3.500 tahun yang lalu, namun DNA Besse telah mengubah teori tentang pola migrasi manusia purba di Asia dan Australia ternyata telah berlangsung lebih tua lagi dari yang diperkirakan sebelumnya.

Penemuan ini juga dapat menawarkan wawasan tentang asal usul orang Papua dan penduduk asli Australia yang memiliki DNA Denisovan.

“Teori tentang migrasi akan berubah, teori tentang ras juga akan berubah,” kata Iwan Sumantri, dosen Universitas Hasanuddin di Sulawesi Selatan, yang juga terlibat dalam proyek tersebut.

Jenazah Besse memberikan tanda pertama manusia Denisovans di antara manusia Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia, tambahnya.

Tuliskan Komentar