Pada masa kuno, bukan hal yang kontroversial jika seorang lelaki mempunyai istri lebih dari satu atau poligami, bahkan raja-raja zaman dahulu sudah melakukan poligami.
Istilahnya mungkin bukan poligami, sebab raja biasanya mempunyai istri utama atau permaisuri, sementara istrinya yang lain disebut sebagai selir.
Jumlah selir yang banyak bisa disebabkan karena banyaknya harta yang dimiliki seorang raja atau bangsawan, alasan lain karena kekuasaan politik raja. Maksudnya, wanita-wanita itu sebagai ‘upeti’ seserahan dari kerajaan lain yang dikalahkan dalam perang.
Atau juga dalam rangka memperkokoh hubungan politik persaudaraan antara kerajaan, bentuk praktik politik seperti ini biasanya disebut sebagai ‘politik ranjang’.
Adapun tokoh bangsawan yang terkenal cukup kaya dan punya banyak selir adalah Pangeran Suria Kusumah Adinata dari Jawa Barat dan Petta Pallase-Lase’e dari Sulawesi Selatan.
Baca juga: 2 Tokoh yang Mengabdi Pada VOC, Namun Mati di Tangan VOC
Kedua tokoh ini memiliki banyak kesamaan. Pangeran Adinata sangat kaya raya, sehingga masyarakat Jawa menjulukinya Pangeran Sugih. Petta Pallase-Lase’e juga kaya raya, sehingga masyarakat Sulawesi menjulukinya Petta Sugie.
Selain harta kekayaan, keduanya juga terkenal karena memiliki banyak selir, bahkan selir-selirnya itu mencapai puluhan.
1. Pangeran Suria Kusumah Adinata
Pangeran Suria Kusumah Adinata atau dikenal dengan nama Pangeran Sugih adalah bupati Sumedang yang berkuasa antara tahun 1836 sampai dengan 1882.
Pangeran Sugih merupakan bupati terkaya di antara bupati lainnya, juga terkaya di Tatar Sunda. Dia adalah penerus Kerajaan Sumedang Larang, putra dari Dalem Adipati Koesoemayoeda.
Pangeran Sugih lahir dari pasangan Dalem Adipati Koesoemayoeda alias Dalem Ageung dan Nyi Mas Samidjah, cucu dari Pangeran Koesoemah Dinata. Pangeran Sugih menjabat sebagai Bupati Sumedang masa tahun 1836–1882.
Baca juga: 4 Kerajaan yang Masih Eksis di Indonesia Sampai Sekarang
Pangeran Suria Kusumah Adinata yang memerintah dari tahun 1836 sampai tahun 1882. Dia dikenal sebagai Bupati terkaya dalam urutan para Bupati Sumedang sebelumnya dan terkaya di Tatar Sunda waktu itu.
Karena kekayaannya maka dia dijuluki Dalem Sugih (kaya), selain harta kekayaan yang dimilikinya, diapun dikenal sebagai Bupati yang memiliki 4 permaisuri, 27 selir, dan 94 anak.
Pangeran Soeria Koesoemah Adinata lebih dikenal dengan nama Pangeran Sugih yang berarti Pangeran kaya, Sugih ku harta, Sugih ku harti, Sugih ku istri-istri (Kaya akan harta, kaya akan pengetahuan, kaya akan istri/selir).
Dia bercita-cita ingin mempersatukan kembali tanah parahyangan yang telah dipecah belah oleh Belanda, dengan cara memperistri para putri bupati-bupati dan para putri orang-orang yang berpengaruh di daerah-daerah seluruh tanah Parahyangan. Dia juga menempatkan putra-putri serta cucu-cucunya sebagai pejabat/istri pejabat yang tersebar di seluruh tanah Parahyangan.
Baca juga: Inilah Lima Strategi Politik Adu Domba Belanda di Nusantara yang Sukses Memecah Belah
Diapun telah mewariskan harta pusaka berupa tanah darat, sawah, bangunan, juga Mahkota Binokasih yang merupakan mahkota Kerajaan Pajajaran dan perhiasan-perhiasan serta barang-barang pusaka leluhur Sumedang lainnya dijadikan harta wakaf, yang sekarang tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun di bawah pengelolaan Yayasan Pangeran Sumedang.
2. Petta Pallase-lase’e
Petta Pallase-lase’e merupakan raja Tanete ke IX yang berkuasa sekitar tahun 1603 hingga 1625. Wilayah Tanete sekarang telah menjadi bagian dari Kabupaten Barru di Sulawesi Selatan. Petta Pallase-Lase’e adalah raja pertama di Tanete yang memeluk Agama Islam.
Pada tahun 1608, ketia itu Petta Pallase-lase’e datang berkunjung ke Kerajaan Gowa untuk menghadap Raja Gowa yang saat itu dijabat oleh Sultan Alauddin, ia akhirnya diperintahkan oleh Sultan Alauddin untu masuk Islam.
Baca juga: Petta Pallase-Lase’E dan Masuknya Agama Islam di Barru
Dengan senang hati, akhirnya Petta Pallase-lase’e resmi menerima ajaran Agama Islam pada tahun 1608. Petta Pallase-lase’e kemudian ditugaskan untu menyebarkan agama Islam di sekitar kerajaan Tanete.
Petta Pallase-lase’e merupakan raja yang kaya raya, isi istananya dipenuhi dan disesaki padi, tanah yang luas, binatang ternaknya juga sangat banyak, rakyatnya hidup sejahtera, itulah sebabnya ia digelari Petta Sugie (raja yang kaya).
Hal menarik dan unik dari Petta Pallase-lase’e ini ialah banyaknya isteri dan selir yang ia miliki. Saking banyaknya selir yang ia punya, maka diutuslah masing-masing seorang penjaga untuk melindungi selir-selirnya itu.
Namun untuk mencegah si pengawal berhubungan badan atau selingkuh dengan selirnya, maka para penjaga tersebut dikebiri terlebih dahulu, itulah sebabnya raja ini mendapat gelar Petta Pallase-lase’e. Dalam Bahasa Bugis, pallase-lase’e berarti mengebiri alat kemaluan lelaki sehingga tidak bisa melakukan hubungan intim lagi.
Tuliskan Komentar