Untuk memahami secara akurat suatu peristiwa pada masa lampau sebagaimana yang terdapat di dalam perjalanan sejarah selama kurun waktu tertentu, maka diperlukan suatu metode penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai benar-benar terperinci dan sistematis sehingga memiliki bobot ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa tertentu di masa lampau yang disusun secara ilmiah meliputi ruang dan urutan waktu tertentu. Metodologi dalam sejarah memegang peranan sangat penting. Metode ini merupakan suatu proses untuk mengkaji kebenaran sumber-sumber yang telah didapatkan.
Jadi metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti. Mengingat sifatnya yang sistematis, maka tahap-tahap dari metode sejarah tidak dapat ditukar-balik. Adapun tahapan-tahapannya yaitu sebagai berikut:
Heuristik
Tahapan ini merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah. Notosusanto mengatakan bahwa, Heuristik berasal dari bahasa Yunani heuriskein artinya sama dengan to find yang berarti tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu.
Baca juga: Melemahkan Suatu Bangsa Dengan Menghilangkan Ingatan Sejarah Generasi Mudanya
Heuristik merupakan pengumpulan sumber. Untuk memperoleh sumber atau data yang valid dan akurat, maka sangat diperlukan tehnik pengumpulan data yang baik, benar dan tepat. Dalam penelitian ini tehnik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data untuk memperoleh data maka dilakukan dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan dan penelitian pustaka.
Penelitian lapangan terdiri atas dua cara yaitu pengamatan lansung (observasi) dan wawancara. Pengamatan (observasi), yang dilaksanakan untuk mengamati dan mencari data secara langsung dilokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.
Sementara penelitian pustaka merupakan salah satu kegiatan pengumpulan data yang ditempuh dengan jalan menelaah buku-buku, Arsip, laporan penelitian, makalah seminar dan referensi atau koleksi pribadi yang ada hubungannya dengan masalah yang akan dikaji.
Kritik Sumber
Kegiatan selanjutnya adalah kritik sumber yakni menyelidiki apakah sumber itu sejati atau tidak, baik bentuk maupun isinya. Kritik sumber terbagi atas dua yakni kritik ekstern (luar) dan kritik intern (dalam).
Baca juga: Lontara’ Sebagai Sumber dalam Penulisan Sejarah di Sulawesi Selatan
Kritik Intern harus membuktikan bahwa kesaksian yang dibuktikan oleh suatu sumber itu memang dapat dipercaya. Selain itu sumber juga diuji keabsahannya melalui kritik intern untuk mengetahui apakah sumber tersebut layak dapat dipercaya keabsahannya. Dalam hal ini dilakukam penilaian instrinsik terhadap sumber dengan menentukan sifat dan membandingkannya dengan sumber lain.
Kritik sumber dilakukan untuk menentukan otensititas dan kredibilitas sumber sejarah. Semua sumber yang telah dikumpulkan terlebih dahulu diverifikasi sebelum digunakan. Sebab tidak semua sumber bisa langsung digunakan dalam penulisan.
Adapun aspek yang dikritik ialah keaslian sumber dan tingkat kebenaran informasi. Tujuan dari kegiatan itu ialah setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu.
Langkah selanjutnya ia harus menyaringnya secara kritis, terutama pada sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi sumber.
Interpretasi
Tahap Interpretasi yaitu proses menyusun, merangkaikan antara satu fakta sejarah dengan fakta sejarah lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna. Hal ini sesuai juga dengan apa yang dikemukakan oleh Gottschalk bahwa Fakta-fakta itu merupakan lambang atu wakil pada sesuatu yang pernah ada, tetapi itu memiliki kenyataan obyektif sendiri.
Baca juga: Pentingnya Melestarikan Situs Sejarah dan Cagar Budaya
Dengan kata lain fakta-fakta itu hanya terdapat dalam pemikiran pengamat atau sejarawan, karenanya disebut subyektif. Untuk dapat mempelajari secara obyektif yakni tidak memihak sumber, bebas dari reaksi seseorang. Sesuatu pertama kali harus menjadi obyek, ia harus mempunyai eksistensi yang merdeka .
Tahapan ini, penulis berusaha menelaah fakta sejarah secara hati-hati dan cermat untuk menghindari interpretasi yang obyektif dimana mengaitkan antara fakta sejarah yang satu dengan lainnya.
Penafsiran data dilakukan dengan menarik kesimpulan berdasarkan hasil perbandingan data dari beberapa buku yang menyajikannya, kesimpulan itu kemudian dicari keterkaitannya dengan permasalahan yang diangkat baru kemudian disajikan dalam bentuk tulisan sejarah yang bersifat ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan.
Historiografi
Sebagai tahap akhir dari prosedur kerja metodologi sejarah adalah historiografi dimana fakta-fakta yang diperoleh diwujudkan dalam penulisan sejarah. Menurut Abdullah dan Surjomiharjo bahwa Penulisan sejarah adalah puncak dari segalanya, sebab apa yang dituliskan itulah sejarah sebagai kisah yang mencoba mengungkapkan dan memahami peristiwa atau realita sejarah sebagaimana yang terjadi dan hasil penulisan inilah yang disebut historiografi.
Baca juga: 8 Kitab Kuno di Nusantara yang Sering Dijadikan Sumber Penulisan Sejarah
Hasil penulisan tersebut merupakan hasil dari pengumpulan dan penemuan sumber-sumber yang diseleksi melalui kritik, kemudian diinterpretasi untuk kemudian disajikan secara deskriptif. Tahapan historiografi sebagai tahap penulisan dan penyajian tulisan sejarah.
Kaitannya dengan penelitian ini maka berbagai fakta sejarah yang akan dituliskan benar-benar merupakan realita. Penulisan sejarah merupakan proses penjelasan dari semua kegiatan dalam proses penelitian sejarah.
Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan sumber-sumber sejarah yang kemudian dipaparkan dalam bentuk kisah berdasarkan hasil interpretasi dari seorang peneliti tentang masalah yang dikaji.
Tuliskan Komentar