Warta Sejarah

Melemahkan Suatu Bangsa Dengan Menghilangkan Ingatan Sejarah Generasi Mudanya

Sering kita dengar muncul sebuah pernyataan bahwa, untuk menghancurkan suatu bangsa atau negara, maka cukup menghilangkan atau hancurkan ingatan sejarah generasi mudanya. Lalu, apa maksud dari pernyataan ini?

Dalam buku Architects of Deception yang ditulis oleh Juri Lina, ada tiga cara untuk melemahkan, menjajah, atau bahkan menghancurkan suatu bangsa. Ketiga cara tersebut antara lain:

Pertama, kaburkan sejarahnya. Kedua, menghilangkan atau hancurkan bukti-bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Dan yang ketiga, putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhurnya itu bodoh dan primitif.

Baca juga: Pentingnya Melestarikan Situs Sejarah dan Cagar Budaya

Mengapa demikian? Sejarah adalah lambang kebesaran atau kekayaan suatu bangsa pada masa lampau. Contoh, di Indonesia terdapat banyak bukti sejarah bahwa dulu ada kerajaan-kerajaan baik yang bercorak Hindu, Buddha, maupun Islam dan Kristen yang berjaya di eranya masing-masing. Kerajaan-kerajaan tersebut tentunya mempunyai bukti peninggalan yang sangat berharga seperti artefak, prasasti, kerajinan, dan lain-lain.

Jika generasi muda mengingat tentang sejarah kemakmuran, kebesaran, dan kekayaan bangsa di masa lampau, tentunya akan menjadi sebuah hal yang baik. Sebab, dengan mengetahui hal tersebut, generasi muda akan terpacu untuk menjadi lebih baik.

Dengan meneliti dan membuktikan bahwa pada masa lalu bangsanya adalah sebuah bangsa yang besar, maka akan menjadi pemicu untuk menyamai atau melebihi prestasi para pendahulu pada masa lalu. Dan pada akhirnya, generasi muda akan menilai bahwa para leluhurnya adalah orang-orang hebat yang berjuang tanpa kenal lelah sehingga menghasilkan sebuah bangsa yang besar di era kemudian.

Baca juga: Lontara’ Sebagai Sumber dalam Penulisan Sejarah di Sulawesi Selatan

Sebaliknya, jika generasi muda tidak mau mengingat tentang sejarahnya, atau dihancurkan ingatannya tentang sejarah bangsanya, maka generasi muda itu akan sangat mudah untuk mengambil kebudayaan bangsa lain tanpa menyerapnya, sehingga akan timbul pemikiran bahwa leluhurnya bodoh dan primitif, atau bahkan menganggap bahwa leluhurnya tidak memiliki budaya.

Pendidikan sejarah di sekolah, kata Ahmad Mansur Suryanegara, memiliki andil besar mengaburkan sejarah di Indonesia. Buku-buku pelajaran sejarah banyak mengacu pada buku-buku sejarah yang sumbernya adalah sudut pandang Belanda.

Menurut sejarawan dari Universitas Padjadjaran Bandung itu, Belanda memiliki tujuan tertentu ketika masih menjajah Indonesia, yakni berupaya mengaburkan sejarah di Indonesia.

Kita ambil contoh salah satu upaya Belanda dalam mengaburkan sejarah demi melemahkan perjuangan bangsa Indonesia, yaitu pengaburan terhadap sejarah Islam. Karena pemerintahan kolonial Belanda mendapatkan kesulitan dan perlawanan dari umat Islam. Maka, kata Mansur, wajar bila Belanda lantas berupaya menghilangkan atau mengaburkan peran kesejarahan umat Islam Indonesia.

Baca juga: Belanda Tidak Rela Indonesia Merdeka

Selain itu beberapa buku sejarah juga menuliskan bagaimana leluhur bangsa Indonesia digambarkan seakan-akan hidupnya sangat primitif. Padahal, apabila kita melihat beberapa peninggalan-peninggalan sejarah di Indonesia, semua dibangun begitu megah dan indah. Itu menunjukkan bahwa leluhur bangsa Indonesia adalah masyarakat yang berperadaban maju.

Sebagai salah satu contoh situs purbakala di Cianjur, yaitu Situs Gunung Padang yang diperkirakan dibangun sekitar 20.000 tahun yang lalu. Logikanya tidak mungkin bangunan megalitik berupa punden berundak sebesar gunung bisa dibuat oleh masyarakat primitif. Itu semua dibangun atas ilmu kecerdasan dan kearifan leluhur bangsa Indonesia yang telah berperadaban maju.

Namun terkadang masalah lain sering muncul, diantaranya sering terjadi perusakan situs dan pencurian artefak atau arca serta manuskrip kuno oleh orang-orang. Sehingga peninggalan-peninggalan sejarah itu tidak bisa lagi diteliti dan dibuktikan kebenarannya. Tugas kita adalah menjaga dan merawat situs atau benda cagar budaya yang ada sehingga keberadaannya tetap lestari.

Tuliskan Komentar