Modern Nasional Tokoh

Frans Kaisiepo dan Irian Barat

Papua adalah sebuah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua atau bagian paling timur wilayah Papua milik Indonesia. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat, namun sejak tahun 2003 dibagi menjadi dua provinsi, dengan bagian timur tetap memakai nama Provinsi Papua, sedangkan bagian baratnya memakai nama Provinsi Papua Barat.

Papua memiliki luas 808.105 km persegi dan merupakan pulau terbesar kedua di dunia dan terbesar pertama di Indonesia.

Bagi generasi milenial, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Papua yang sekarang dulunya sempat bernama Irian Jaya atau Irian. Nama Irian sendiri dicetuskan oleh salah satu pahlawan nasional dari Irian atau Papua, ia adalah Frans Kaisiepo.

Baca juga: Pertempuran Laut Aru: Peristiwa Berdarah Pembebasan Irian Barat

Frans Kaisiepo lahir di Wardo, Biak, Papua, pada tanggal 10 Oktober 1921. Foto sosok beliau ada di uang kertas Rupiah pecahan 10 ribu terbaru.

Frans terlibat dalam Konferensi Malino pada tanggal 15 Juli hingga 25 Juli 1946 di Kota Malino, Sulawesi Selatan. Tujuan diadakannya konferensi itu untuk membahas rencana pembentukan negara-negara bagian yang berbentuk federasi di Indonesia atau biasa dikenal dengan Republik Indonesia Serikat (RIS) serta rencana pembentukan negara yang meliputi daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang dari 15 daerah dari Kalimantan (Borneo) dan Timur Besar (De Groote Oost). Frans Kaisiepo sendiri sebagai wakil dari Papua.

Frans Kaisiepo. Foto: infobmr.com

Frans Kaisiepo sangat gigih memperjuangkan kemerdekaan Papua dari penjajahan Belanda dan menuntut bergabung dengan Negara Indonesia. Sikap dan rasa cintanya pada Indonesia, ia buktikan dengan menentang pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT) dalam Konferensi Malino. Bahkan Frans Kaisiepo lalu mengganti nama Papua menjadi Irian yang merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.

Selanjutnya pada Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg/BFO (mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia). Frans Kaisiepo menolak menjadi anggota delegasi Belanda. Gara-gara penolakan itu, Frans Kaisiepo dihukum dan dibuang ke tempat terpencil.

Baca juga: Kennedy Dibunuh, Soekarno Lengser, Freeport pun Deal

Konferensi Meja Bundar sendiri menghasilkan keputusan pengakuan kedaulatan NKRI, Namun Belanda masih bersikeras bahwa Irian masih masuk wilayah Kerajaan Belanda. Akhirnya Soekarno melancarakan Operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) yang dilancarkan untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.

Frans Kaisiepo wafat di biak papua pada taggal 10 april 1979 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Jayapura. Untuk mengenang jasanya, namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara Frans Kaisiepo di Biak.

Tuliskan Komentar