Barru Raya Situs

Komplek Makam Raja Tanete La Maddusila

La Maddusila adalah raja Tanete ke-16, merupakan anak dari datu Luwu We Tenrileleang. La Maddusila kemudian menikah dengan We Tenriseno Datu Citta dan melahirkan beberapa putra putri diantaranya Daeng Tennisanga dan La Patau. La Maddusila kemudian meninggal di Dusung sehingga diberi gelar anumerta Matinroe ri Dusung dan dimakamkan di Pancana.

Dalam kompleks Makam La Maddusila, terdapat 4 buah makam. Jika diurut dari timur ke barat, maka akan terdapat beberapa jenis makam. Makam pertama, adalah makam yang memiliki dua buah nisan, terbuat dari bahan batu padas dengan bentuk pipih, memiliki motif hias sulur-suluran, flora dan kaligrafi. Jarak antara kedua nisan tersebut adalah 146 cm. Tinggi nisan 75 cm, lebar 23 cm dan tebal 7 cm.

Makam yang berada pada bagian paling Timur.

Makam kedua, makam inilah yang merupakan makam raja Tanete La Maddusila. Makam memiliki dua buah nisan. Makam terbuat dari bahan batu andesit dan di dalamnya ditaburi kerikil. Tinggi nisan 97 cm, lebar 32 cm dan tebal 12 cm. Makam ketiga, memiliki dua buah nisan dengan jarak kedua nisannya 114 cm. Nisan berbentuk pipih, masing-masing berukuran tinggi 78 cm, lebar 9 cm, tebal 11 cm dan panjang 153 cm, lebar 100 cm, tebal 10 cm.

Makam La Maddusila, berada pada bagian tengah.

Makam yang ketiga dibuat dengan bentuk papan batu yang disusun. Memiliki kepala jirat berbentuk gunungan dengan motif hias kaligrafi dan aksara lontara bertuliskan:

“Iyanae jerana Petta Janggo matinroe ri Pancana.”

Artinya: Inilah makam Petta Janggo yang meninggal di Pancana.

Kaligrafi dan aksara Lontara pada nisan Makam Petta Janggo.

Makam ini berukuran lebar 68 cm, tinggi 36 cm dan tebal 6 cm. Jirat sebelah selatan memiliki motif hias flora dan sulur-suluran.

Keseluruhan badan Makam Petta Janggo.

Makam keempat, berbentuk persegi panjang terbuat dari batu antero dengan ukuran panjang 159 cm, lebar 55 cm. Memiliki dua buah nisan dengan ukuran tinggi 74 cm, lebar 152 cm dan tebal 13 cm, dengan motif hias flora. Pada bagian nisan terdapat ukiran kaligrafi dengan arti tulisan sebagai berikit:

“Allah yang maha hidup, Allah yang terus menerus mengurus makhluk nya, tidak ada Tuhan yang wajib di sembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya lah segala kerajaan, bagiNya lah segala puji, Dialah yang menghidupkan dan mematikan, Dia yang maha hidup dan tidak mati, di tangan Engkau lah segala ke bajikan, sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.”

Kaligrafi pada nisan makam yang keempat.
Badan makam yang keempat.

Galeri:

2 Komentar

  • La Maddusila Putra We Tenrileleang/La Mallarangeng diangkat Raja Tanete XII menggantikan Ibunya, Beliau sepeninggalnya dikenal Raja Tanete Matinroe ri Soreang. Ia menikah dengan We Tenri Seno Datu Citta melahirkan anak; St. Halija Dg Tanisanga, To Wagga Mette, dan La Patau Raja Tanete XIII.

  • La Patau diangkat Raja Tanete, ia menggantikan ayahandanya, dan yang lainnya St. Halijah Arung Pao-Pao, To Wagga Mette menggantikan Ibunya Datu ri Citta.
    La Patau menikah dengan I Pacu Petta Mabbola Jenne’e Putri keturunan ahliwaris Lawawo Adt. Sidenreng XIII/Arung Berru. Dalam perkawinannya melahirkan 4 anak; salah satunya La Panaongi To Pasanrangi Baso MattapiE Arung Tompo Bulu Matajang Tanete, dan anak lainnya, La Paremma Petta Ajalireng, La Cenge dan La Tina Uleng.

Tuliskan Komentar