Sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu Budha ke Nusantara atau Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan itu dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia ketika kebudayaan India masuk.
Periode Hindu-Buddha dimulai sekitar abad ke-3, di mana pada masa itu masyarakat Nusantara belum mengenal agama dan masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Agama Hindu dan Buddha di Indonesia sudah ada cukup lama. Awalnya agama Hindu dan Buddha berkembang di wilayah India. Kemudian menyebar luas ke negara-negara dunia, salah satunya Nusantara (Indonesia).
Masuknya Hindu dan Bunda ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Pada awal masehi sudah terjalin hubungan perdagangan antara China (Asia Timur) dan India (Asia Selatan) yang melintasi kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Karena Indonesia merupakan daerah yang sangat strategis dalam pelayaran dan perdagangan. Itu yang menyebabkan pengaruh Hindu-Buddha yang berkembang di India menyebar ke Indonesia.
Masuknya pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia masih menjadi sebuah perdebatan hingga kini. Beberapa alternatif hipotesa coba dikemukakan oleh beberapa pakar setelah memperhatikan beberapa fenomena dan fakta sejarah.
Hipotesa-hipotesa ini kemudian mendapat dukungan dari beberapa pakar sejarah kuno baik dalam maupun luar, namun tidak sedikit yang menentang salah satu hipotesa tersebut.
Teori-teori tersebut adalah, teori pertama yang dilontarkan adalah Teori Brahmana dimana mengemukakan peran para Brahmana dalam menyebarkan agama karena sifatnya yang rahasia.
Teori yang kedua adalah teori Kstaria, dimana para pengikutnya berpendapat bahwa agama Hindu dan Budha disebarluaskan melalui kolonisasi oleh para Ksatriya, sedangkan teori ketiga adalah Teori Waisya dimana perdagangan dan perkawinan adalah salurannya.
Berikut ini merupakan beberapa penjelasan mengenai beberapa teori masuknya agama dan kebudayaan Hindu Budha ke Nusantara.
Teori Brahmana
Teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang pertama adalah Teori Brahmana yang diajukan oleh Jacob Cornelis Van Liur. Teori ini mengemukakan bahwa masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia dibawa oleh para brahmana atau kalangan pemuka agama dari India. Teori ini dilandaskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia pada masa lampau.
Mayoritas prasasti yang ada di Indonesia ini menggunakan huruf pallawa dan bahasa sanskerta. Di India sendiri, aksara dan bahasa tersebut tidak sembarang orang yang bisa menguasainya dan hanya para golongan brahmana yang menguasainya.
Teori ini juga dikuatkan oleh kebiasaan agama Hindu yang menempatkan brahmana sebagai satu-satunya otoritas dalam ajaran agama Hindu. Maka hanya kalangan brahmana yang memahami ajaran Hindu yang benar dan utuh, konsekuensinya hanya merekalah yang berhak menyebarkan ajaran Hindu.
Menurut kerangka teori ini, para brahmana ini diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk menyebarkan ajarannya beserta keluhuran nilainya pada masyarakat di Indonesia yang masih memiliki kepercayaan asli yaitu animisme dan dinamisme.
Teori Ksatria
Teori masuknya pengaruh Hindu Budha di Indonesia yang kedua adalah Teori Ksatria yang dikemukakan oleh C.C. berg Mookerji dan J.L Moens. Dalam teori ini disebutkan bahwa golongan bangsawan atau ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan pengaruh agama Hindu-Budha di Indonesia.
Sejarah penyebaran agama Hindu-Budha di kepulauan Nusantara tidak bisa dilepaskan dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui, bahwa di awal abad ke-2 Masehi kerajaan-kerjaan di India mengalami keruntuhan karena adanya perebutan kekuasaan.
Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Indonesia, kemudian mendirikan koloni maupun kerajaan baru yang bercorak agama Hindu-Budha.
Wilayah Indonesia menjadi pilihan karena mengikuti jalur perdagangan antara India dan Indonesia pada masa itu. Dalam perkembangannya, mereka pun kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada masyarakat local yang ada di Indonesia.
Teori Waisya
Teori Waisya ini dikemukan oleh NJ Krom, dimana teori ini menjelaskan bahwa masuknya dan berkembangnya pengaruh Hindu Budha di Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya atau golongan pedagang. Para pedagang merupakan kelompok masyarakat asal India yang paling banyak berintekasi dengan masyarakat pribumi.
Menurut kerangka teori ini, para pedagang India mengenalkan ajaran Hindu dan Budha beserta nilai-nilai budanya kepada masyarakat lokal. Kegiatan itu dilakukan saat berlabuh ke Nusantara untuk berdagang, lantaran saat itu pelayaran sangat bergantung pada musim angin sehingga dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan di Indonesia sampai angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus.
Sebuah teori menarik dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menyatakan bahwa telah terjadi usaha oleh para Brahmana lokal mempelajari agama ini di India dan kemudian pulang untuk menyebarkannya, teori ini dikenal sebagai Teori Arus Balik.
Teori Arus Balik
Teori arus balik ini dikemukan oleh F.D.K Bosch yang mengatakan penyebaran pengaruh Hindu-Budha di Indonesia terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia sendiri. Pengenalan pengaruh Hindu-Budha ini merupakan inisiatif oleh orang-orang India atau para pendeta tetapi yang menyebarkan adalah orang Indonesia yang diutus oleh raja di Nusantara untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di Negara asalnya.
Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada Raja. Selanjutnya, raja akan meminta para utusan tersebut untuk menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang diperoleh pada penduduk atau rakyat kerajaan.
Hal tersebut tentu saja berpengaruh terhadap semakin berkembangnya ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan-kerajaan yang bercorak baik itu agama Hindu maupun Budha di Nusantara.
Teori Arus Balik segera mendapat tempat di hati para pakar sejarah kuno karena bersifat Indonesiasentris dan didukung dari beberapa intepretasi prasasti dan naskah. Ada satu teori lagi, yaitu Teori Sudra yang menganggap bahwa para sudra atau para pekerja yang tinggal di Indonesia menjadi pelopor penyebaran agama ini.
Baca juga materi sebelumnya: Budaya Praaksara yang Masih Ada Hingga Saat Ini
Tuliskan Komentar