Belajar

Corak Kehidupan Masyarakat Praaksara di Nusantara

Masyarakat praaksara sedang membuat api. Foto: thesun.co.uk

Bentuk corak kehidupan masyarakat praaksara dijalankan dengan sederhana, pola hunian, ataupun peralatan yang digunakan sangat sederhana.

Sebelum menjalani kehidupan modern, manusia telah menjalani masa praaksara terlebih dulu. Masa tersebut dimulai sejak manusia purba atau masyarakat praaksara ada di permukaan Bumi. Corak kehidupan para masyarakat masa praaksara dijalankan dengan alat-alat primitif dan sederhana.

Masa Praaksara atau Nirleka sendiri merupakan zaman di mana manusia belum mengenal tulisan. Pada masa tersebut, manusia kerap mengandalkan fosil dan artefak untuk memenuhi kelangsungan hidupnya.

Terdapat beberapa corak kehidupan masyarakat pada zaman praaksara. Apa saja? Simak ulasan berikut ini.

Pola Hunian

Pada dasarnya pola hidup pada masa Praaksara terdiri atas dua macam, yaitu:

Nomaden

Nomaden adalah pola hidup dimana masyarakat praaksara pada saat itu hidup berpindah-pindah atau menjelajah. Mereka hidup dalam komunitas-komunitas kecil dengan mobilitas tinggi di suatu tempat. Mata pencahariannya adalah berburu dan mengumpulkan makanan dari alam (Food Gathering).

Berburu dan mengumpulkan makanan (corak kehidupan masyarakat praaksara)
Berburu dan mengumpulkan makanan.Foto: donisetyawan.com

Sedenter/Menetap

Sedenter adalah bentuk corak kehidupan masyarakat praaksara dengan cara menetap, yaitu pola kehidupan dimana manusia sudah terorganisir dan berkelompok serta menetap di suatu tempat. Mata pencahariannya bercocok tanam serta sudah mulai mengenal norma dan adat yang bersumber pada kebiasaan-kebiasaan.

Pola hunian manusia praaksara memiliki dua karakter khas, yaitu:

Kedekatan dengan sumber air

Air merupakan kebutuhan pokok mahkluk hidup terutama manusia. Keberadaan air pada suatu lingkungan sebagai tempat bertemunya berbagai binatang untuk hidup di sekitarnya. Begitu pula dengan tumbuhan. Air memberikan kesuburan pada tanaman.

Masyarakat praaksara tidak bisa jauh dari sumber air (corak kehidupan masyarakat praaksara)
Masyarakat praaksara tidak bisa jauh dari sumber air. Foto: asaldansejarah45.com

Kehidupan di alam terbuka

Corak kehidupan masyarakat praaksara mempunyai kecendrungan hidup untuk menghuni sekitar aliran sungai. Mereka beristirahat misalnya di bawah pohon besar dan juga membuat atap dan sekat tempat istirahat itu dari daun-daun. Kehidupan di sekitar sungai itu menunjukkan pola hidup masyarakat praaksara di alam terbuka.

Mengenal Api

Bagi masyarakat praaksara, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi yang sangat penting. Berdasarkan data arkeologi penemuan api diperkirakan ditemukan pada 400.000 tahun yang lalu. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul membakar pohon-pohon itu.

Dalam menemukan api, masyarakat praaksara membutuhkan proses yang sangat panjang. Proses tersebut dikenal dengan trial and error, yaitu seseorang yang mencoba sesuatu tanpa tahu petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak mengalami kegagalan dan mereka akan terus mencoba walaupun gagal sampai mereka menemukan hasil yang mereka inginkan.

Pembuatan api (corak kehidupan masyarakat praaksara)
Pembuatan api. Foto: sains.kompas.com

Setelah mengalami banyak kegagalan, akhirnya cara membuat apipun ditemukan. Caranya dengan membenturkan dua buah batu atau dengan menggesekkan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api.

Api memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan dengan cara membakar dan menggunakan bumbu dengan ramuan tertentu. Selain itu api juga berfungsi untuk menghangat badan, sumber penerangan, dan sebagai senjata untuk menghalau binatang buas yang menyerang.

Melalui pembakaran juga manusia dapat menaklukan alam, seperti membuka lahan untuk garapan dengan cara membakar hutan. Kebiasaan bertani dengan cara menebang lalu membakar dikenal dengan nama slash and burn. Ini adalah kebiasan pada masa kuno yang berkembang sampai sekarang.

Baca juga materi sebelumnya: Beberapa Teori Asal-Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Tuliskan Komentar