Barru Raya Warta Sejarah

Destinasi Wisata Sejarah di Kabupaten Barru

Makam Petta Pallase-lase'e
Indonesia merupakan salah satu negara dengan berbagai destinasi wisata terbaik di dunia. Negeri kita ini memiliki banyak budaya serta menyimpan beragam kekayaan alam. Nah, dengan memiliki banyak budaya, tentunya Indonesia tak hanya populer menjadi destinasi wisata kekayaan alamnya saja, tetapi juga destinasi wisata sejarah mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masa lampau.

Berbagai tempat wisata sejarah di Indonesia ini mengambil tempat pada sejumlah daerah di Indonesia, yang dapat ditelisik mulai dari zaman prasejarah hingga masa kolonial, salah satu wilayah di Indonesia yang juga kaya akan destinasi wisata sejarah adalah Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Berikut adalah beberapa destinasi wisata sejarah terbaik di Barru yang bisa kamu jadikan destinasi liburan selanjutnya!

Baca juga: Pentingnya Melestarikan Situs Sejarah dan Cagar Budaya

Kompleks Makam Petta Pallase’-Lase’e
Petta pallase’-lase’e merupakan raja tanete ke-IX, ia juga biasa digelari To Sugie karena ia merupakan raja yang kaya. Kompleks makam ini terletak di Laponcing, Lempang-Bungi, Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Lokasi tersebut pada masa kerajaanya terdapat pula istana raja Tanete VIII.

Makam Petta Pallase’-Lase’e

Bentuk makam raja Tanete ke-IX seperti makam raja-raja di Gowa dan Tallo. Pada masa pemerintahannya, agama Islam mulai masuk di kerajaan Gowa dan pada saat itu pula raja Tanete IX memeluk agama Islam. Selain mekam raja tanete ke-IX, terdapat pula beberapa makam kuno lainya, kebeberapa makam tersebut diduga merupaan makam bangsawan tanete lainnya seperti Makam Datu Gollae raja Tanete ke-I, Petta To Maburu Limmanna, Batu Allantireng, serta batu untuk menambatkan bendera kerajaan Tanete.

Tidak jauh dari lokasi makam ini terdapat juga makam We Tenrileleang, La Tenrioddang, serta Masjid Tua Lailatul Qaderi. Di lokasi Kompleks Makam Petta Pallase-Lase’e alamnya asri karena dipenuhi hamparan padang rumput yang hijau, telah disediakan pula fasilitas seperti toilet umum dan balai-balai, menjadikan situs ini paling cocok untuk bersantai dan berwisata sekaligus menziarahi makam leluhur.

Baca juga: Petta Pallase-Lase’E dan Masuknya Agama Islam di Barru

Situs Rumah Adat Saoraja Lapinceng
Rumah adat Saoraja Lapinceng ini terletak di Kampung Bulu Dua, Kecamatan Balusu, Kab. Barru. Berdiri di atas tanah seluas 1/2 Hektar dengan status tanah milik keluarga keturunan Sulle Datue. Saoraja Lapinceng memiliki arti sebagai rumah raja atau istana Kerajaan Balusu/Soppeng Riaja.

Rumah Adat Saoraja Lapinceng

Rumah adat Lapnceng didirikan pada tahun 1879 oleh raja Balusu yang bernama Andi Muhammad Saleh Daeng Parani Arung Balusu. Penamaan Saoraja Lapinceng mempunyai arti tetsendiri. Ketika Saoraja Lapinceng didirikan, bangunan itu sempat roboh dan menimpa barang barang pecah seperti piring dan alat dapur lainnya (dalam bahasa Bugis, pinceng berarti beling). Sebagai tanda peringatan tersebut, maka rumah adat itu diberi nama Saoraja Lapinceng ketika pembangunannya selesai dirampungkan.

Keaslian bangunan yang terjaga dan belum banyak mengalami perubahan dari bentuk aslinya membuat bangunan rumah adat ini terlihat epik dan klasik, bisa dikatakan saoraja ini merupakan salah satu bangunan tua di Barru dengan bentuk yang masih asli. Halaman rumah adat ini juga cukup luas serta terlihat baik oleh hamparan hijaunya rerumputan, menjadikan situs ini menjadi salah satu pilihan wisata yang tidak boleh dilewatkan.

Baca juga: Situs Rumah Adat Saoraja Lapinceng

Monumen Paccekke
Monumen Pacceke terletak kurang lebih 27 km di Desa Pacekke, Kecamatan Soppeng Riaja, Kabupaten Barru. Monumen ini terletak di atas gunung Paccekke yang pemandangannya sangat indah, di sana kita bisa menyaksikan hamparan sawah luas.

Monumen Paccekke

Paccekke yang sebelumnya dianggap sebagai wilayah kelahiran TRI Devisi Hasanuddin atau Kodam XIV Hasanuddin (sekarang Kodam VII Wirabuana) ini, menelusuri sejarah yang ditandai dengan dibangunnya Monumen Paccekke. Di daerah tersebut pada tanggal 20 Januari 1947, empat resimen, masing-masing: Resimen I Paccekke, Resimen II PKR Luwuk, Resimen III Bajeng Makassar Selatan, dan Resimen IV PKR Kolaka Kendari melakukan konferensi atau pertemuan yang mencetuskan lahirnya TRI devisi Hasanuddin.

Terukir pada monumen surat perintah atau mandat Panglima Besar TRI Jenderal Soedirman yang masih ditulis dalam ejaan lama, menugaskan Mayjen Andi Mattalatta melaksanakan operasi tersebut.

Suasana di Monumen Paccekke sangat sejuk serta udaranya yang segar karena desa ini berada di atas pegunungan. Di sekitar monumen terhampar rumput hijau dan lapangan yang luas. Tempat ini kerap dijadikan sebagai lokasi berkegiatan oleh berbagai organisasi, selain itu juga cocok sebagai tempat untuk berwisata dan menghabiskan waktu.

Baca juga: Tentara Republik Indonesia Persiapan Sulawesi dan Konferensi Paccekke

Bagaimana? Ternyata banyak destinasi wisata sejarah yang terbaik, seru dan menarik kan di Barru? Tidak usah bingung lagi ketika ingin menghabiskan waktu luang. Mengunjungi tempat sejarah bisa menjadi solusi terbaik karena pastinya informatif, menambah informasi yang sebelumnya kalian tidak ketahui, sekaligus edukatif karena mendidik kita mengenai situs sejarah di Barru! Jangan lupa juga, belum berwisata sejarah apabila tidak mengabadikan momen-momen berharga!

Tuliskan Komentar