Kuno Sulsel

Sejarah Asal Muasal Penamaan Air Terjun Bantimurung di Maros

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, siapa yang tidak kenal dengan nama Bantimurung, sebuah tempat wisata berupa air terjun yang indah dan berada diantara pegunungan kars yang berdiri menjulang.

Keindahan tempat ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Selain terkenal dengan keindahannya, air terjun ini juga penuh dengan keanekaragaman flora dan fauna, bahkan salah seorang naturalis, penjelajah, geografer, ahli antropologi dan ahli biologiyang cukup terkenal yaitu Alfred Russel Wallace pernah tinggal di tempat ini untuk melakukan penelitian.
Karena keanekaragaman flora dan faunanya serta keindahan alamnya tempat ini sekarang dijadikan sebaga Taman Nasional yang dikenal sebagai Taman Nasional Bantimurung-Bulu Saraung.
Namun, pernah kah kita bertanya-tanya, dari mana sebenarnya asal-usul nama air terjun Bantimurung itu berasal? Siapa orang pertama yang memberi nama air terjun itu?

Baca juga: Sejarah Asal Mula Kemunculan Nama dan Kota Makassar

Sejarah dan asal usul kata Bantimurung dimulai sejak masa Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669) saat Maros dikuasai langsung oleh Belanda. Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang.
Kerajaan Simbang merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah kerajaan Maros. Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar “karaeng.” Dimulai pada sekitar awal abad ke 18, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang. Dia mulai mengukuhkah kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya.
Litografi air terjun Bantimurung
Litografi Air Terjun Bantimurung yang dibuat oleh Josias Cornelis Rappard. Foto: wikipedia.org
Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang. Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara. Sayangnya, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.
Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh tersebut begitu keras. Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara dan mencari tahu dari mana suara bergemuruh itu berasal.

Baca juga: Asal Usul Nama serta Sejarah Kemunculan Kerajaan Sidenreng dan Rappang

Setelah melakukan perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng Simbang. Namun sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya.
Aga ro merrung?,” tanyanya dalam Bahasa Bugis yang berarti “suara apa itu yang bergemuruh?”
Benti, puang (air, tuanku),” jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah bahasa bugis halus atau tingkat tinggi untuk air).
Merasa penasaran, Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air bergemuruh tersebut. Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung terpana dan takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung.
Makessingi kapang narekko iyae onroangnge’ riasengngi benti merrung (mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh),” ujar Karaeng Simbang.
Berawal dari kata benti merrung itulah yang kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung. Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan. Malahan, daerah di sekitar air terjun dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang. Kampung ini dikepalai oleh seorang Kepala Kampung bergelar Pinati Bantimurung.

1 Komentar

  • Mohon dimaafkan, Sejarah Asal Muasal Penamaan Air Terjun Bantimurung yang diurai tersebut KELIRU dan harus diluruskan…
    Secara data dan fakta nama Bantimurung sudah dikenal jauh sebelum masa pemerintahan Karaeng Simbang (1923) :

    A. Catatan harian Puatta Raja Bone XVI MatinroE ri Nagauleng :

    Tahun 1699
    30 Jul/1 Saffar, Kamis : Kulao ri Maruq.
    10 Agt/12 Saffar, malam Istnain : Kulattuq ri bolaE.
    11 Agt/13 Saffar, Tsalasa : Na engka Arung Pattiro polE ri Ugi.
    15 Agt/17 Saffar, Sabtu : Kilao cemmE ri Bantimurung.

    B. Catatan harian Puatta Raja Bone XXII MatinroE ri Mallimongeng :

    Tahun 1756
    1. 20 Oktober 1756 saya ke Bantimurung bersama To MarajaE melihat Bendungan
    2. 6 November 1756 M/12 Shafar 1170 H Mulai digali pengairan
    3. 12 November 1756 M/18 Shafar 1170 H Saya ke Solojirang ketemu BukoroE. Air dari Bantimurung sudah sampai di Marampesu.

    C. Catatan Gubernur VOC JG.Loten :

    Ketika menjabat sebagai Gubernur VOC di Makasar (1744-1750), Joan Gideon Loten (1710-1789) pada Agustus 1745 melancong ke Maros bersama keluarganya. Mereka menunggang kuda ke hutan dan melihat air terjun Bantimurung. Pada Agustus dan September 1750, Dia mengunjungi air terjun Bantimurung untuk terakhir kalinya. Selama perjalanan, Dia ditemani Jean Michel Aubert (1717-1762) sang juru gambar dan surveyor VOC.

    Pada tahun 1771, setelah melihat gambar-gambar milik Loten, naturalis Inggris Thomas Pennant (1726-1798) mengatakan bahwa “Air terjun (baca air terjun Bantimurung) Pulau Sulawesi itu terkenal karena pemandangan yang menakjubkan”. Selain air terjun Bantimurung, beberapa gambar lainnya yang dikaitkan dengan Loten saat kunjungannya ke Maros, yakni Bulu Sipong (bukit tunggal) dan Leang Lambatorang…

    Intahiy……..

Tuliskan Komentar