Tenggang-Tenggang Lopi
Tenggang-tenggang lopi
Lopinna ana’ koda
Ana’ koda ipan ja’ja
Ipan ja’ja uluanna
Uluanna lepa-lepa
Lepa-lepa lamballiwang
Lamballiwang di lallute
Mappadhottong tinja’na
Polea polealliwang
Natoanama’ tedong lotong
Tedong lotong takke tandu
Apa mokana ma’ande
Polea polealliwang
Natoanama’ tedong lotong
Tedong lotong takke tandu
Apa mokana ma’ande.
Kisah di balik lagu Tenggang-Tenggang Lopi.
Lagu ini diduga meceritakan kisah ketika terjadinya pelarian La Madukelleng dari tanah Wajo dan menyerang semenanjung Malaya, Kutai, Pagetan, Tanah Laut dan Paser.
La Maddukelleng. Foto: kompasiana.com |
Ketika La Madukelleng mencari pengikut menyisir pesisir tanah Mandar, perpinda han besar-besaran masyarakat Mandar di daerah Kota Baru dan Sangkulirang di Kalimantan Timur. Akibat pengaruh ekspansi dari La Madukelleng ini, kalimat La lute di maknai sebagai kalimat Seberang Air, Lute memiliki kemiripan kalimat Kutai, atau dalam penyebutan Belanda menulis Kute.
Kerajaan Kutai memiliki penduduk serta pasukan yang beragam, seperti masyarakat Dayak yang non Muslim. Tedong Lotong di maknai binatang babi yang haram hukumnya jika dimakan, bukan kerbau yang berwarna hitam.
Tuliskan Komentar