Kehidupan manusia dalam masyarakat tidak terlepas akan adanya interaksi sosial antar sesamanya. Pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya merupakan makhluk sosial yang tidak biasa hidup sendiri melainkan membutuhkan pertolongan orang lain. Oleh sebab itu didalam kehidupan masyarakat diperlukan adanya kerjasama dan sikap gotong royong dalam menyelesaikan segala permasaiahan.
Masyarakat Indonesia terkenal dengan sikap ramah, kekeluargaan dan gotong royongnya didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga untuk menyelesaikan segala problema yang ada didalam kehidupan masyarakat dibutuhkan sikap gotong royong yang dapat mempermudah dan memecahkan masalah secara efisien.
Di daerah pedesaan masih mudah ditemukan orang gotong royong pada acara hajadan pengantin atau sunatan, selain gotong royong untuk kepentingan umum masyarakat yang lain, apalagi bilama ada musibah atau bencana. Sedangkan di daerah perkotaan, tidak lagi bisa ditemukan orang gotong royong pada acara sunatan atau pernikahan, semuanya dikerjakan oleh panitia dan ada biayanya, sedangkan untuk masalah-masalah yang menyangkut kepentingan umum, masih bisa ditemukan di daerah perkotaan.
Salah satu contoh budaya gotong royong yang masih bertahan berada di daerah Kabupaten Barru, terdapat suatu tradisi yang dilaksanakan secara gotong royong yaitu tradisi mengangkat rumah atau dalam bahasa bugis disebut ”marakka bola”. tradisi ini dilakukan dalam rangka memindahkan rumah yang terbuat dari kayu dari satu tempat ke tempat yang lain.
Baca juga: Mappadendang dan Sere Api
Biasanya pemilik rumah memindahkan rumah tersebut dengan alasan rumah tersebut telah terjual atau ada sanak keluarga yang ingin membangun rumah di tempat tersebut, tradisi ini biasa di laksanakan pada hari Jumat yaitu setelah dilaksanakan shalat jumat. Tradisi marakka bola bagi masyarakat bugis di Kabupaten Barru adalah sebuah tradisi yang telah di laksanakan dari jaman dahulu.
Tradisi mengangkat rumah di Barru memang dimungkinkan terutama karena dua hal, yaitu bentuk rumah tradisional berupa rumah panggung dan didukung sifat kegotongroyongan masyarakatnya.
Ada beberapa alasan mengapa sebuah rumah akan diangkat dan dipindahkan dengan tradisi marakka bola. Beberapa alasan itu di antaranya jika sang pemilik rumah ingin pindah ke tempat lain yang tidak begitu jauh, ingin mengubah orientasi rumah, atau hanya sekedar ingin mengeser rumahnya sedikit dari posisi awal, biasanya rumah itu cukup diangkat oleh warga kampung secara bergotong royong.
Tetapi rumah yang dipindahkan dengan diangkat juga bisa karena alasan rumah itu telah dijual tidak dengan tanahnya. Inilah salah satu keistimewaan lain rumah panggung, dengan cara diangkat, pekerjaan memindahkan rumah bisa berlangsung lebih cepat, lebih murah, dengan kemungkinan risiko kerusakan akibat membongkar yang lebih sedikit.
Baca juga: Situs Rumah Adat Saoraja Lapinceng
Adapun beberapa tahapan yang dilakukan untuk marakka bola adalah sebagai berikut:
Perencanaan dan musyawarah
Proses marakka bola dimulai dari perencanaan yang kemudian dimusyawarahkan bersama keluarga dan kemudian dimusyawarahkan pula dengan perangkat pemerintah. Setelah waktu dan tepat ditentukan, pemilik rumah kemudian menyiapkan alat yang akan digunakan dalam proses masoppo bola seperti bambu, kayu, tali serta perlngkapan yang di butuhkan misalnya parang, gergaji, linggis dan palu.
Proses Marakka bola tidak serta merta dilakukan begitu saja. Sebelum rumah tersebut dipindahkan, barang-barang yang ada di dalam rumah tersebut harus dikeluarkan dari dalam rumah untuk menghindari kerusakan. Kemudian tiang-tiang yang ada di bawah rumah panggung tersebut dipasangi bambu yang berguna untuk mengangkat rumah.
Mengundang atau memberitahukan warga masyarakat
Setelah waktu telah ditetapkan, maka tokoh masyarakat mengumumkan kepada masyarakat sekitar yang bias dilakukan di masjid atau pengumuman di balai desa bahwa akan di laksanakan acara marakka bola pada hari Jumat. Dipilihnya hari Jumat karena pada hari itu kaum lelaki biasanya berkumpul untuk melakukan shalat Jumat sehingga tinggal diarahkan menuju tempat acara.
Kemudian setelah melakukan shalat Jumat, masyarakat kemudian menuju ke tempat acara mempersiapkan rumah yang akan diangkat dengan memasang bambu di bagian bawah rumah, sebagian lagi mengeluarkan perabotan yang ada di dalam rumah. Sementara itu kaum wanita mempersiapkan bahan makanan yang akan di hidangkan nantinya, makanan yang dihidangkan berupa makanan yang terbuat dari beras ketan.
Baca juga: Akhir Riwayat Rumah Adat Bola Soba di Bone
Pengangkatan rumah (Marakka Bola) secara gotongroyong
Ditiang-tiang rumah dipasang bambu dengan tinggi dari tanah sekitar 1,7 meter, bambu-bambu itulah yang nantinya menjadi penahan rumah dari goncangan, selain itu dapat menjadi pegangan dan landasan bahu ketika mengangkat rumah. Setelah semuanya siap masyarakat khususnya para laki-laki kemudian bersiap di bawah rumah dengan dikomandoi oleh seorang tokoh masyarakat, dengan aba-aba kemuadian tokoh masyarakat memerintahkan untuk mulai mengangkat rumah.
Sambil mengangkat rumah biasanya masyarakat berteriak untuk menambah semangat para lelaki yang sedang mengangkat rumah. Rumah diangkat sedikit demi sedikit sampai di tempat yang sudah di tentukan Sebelumnya.
Jika lokasi tempat rumah mau pindahnya dekat, maka hanya degan didorong, baik kedepan atau ke belakang, menyamping atau menyerong. Untuk memudahkan rumah itu digerakkan, digunakan landasan berupa ban yang berasal dari gelondongan kayu. Ban dibelakang dipindahkan kedepan secara kontinyu agar tidak terputus, ban tersebut dibentuk dari kayu hitam yang kuat, ban diapit oleh dua buah papan, papan pertama menyentuh tanah dan papan kedua menyentuh menjadi tempat tiang rumah diletakkan.
Baca juga: Tari Sere Api Kab. Barru Masuk Verifikasi Warisan Budaya Tak Benda
Terkadang bila sebuah rumah yang mau diangkat dan dipindahkan dirasa terlalu berat, maka beberapa bagian rumah bisa saja dilepas terlebih dahulu. Bagian paling umum yang dilepas itu adalah bagian dinding rumah, karena dinding rumah ini menjadi bagian yang paling renta mengalami kerusakan ketika rumah sudah dipindahkan.
Selain persatuan masyarakat bergotong royong mengangkat rumah, keberhasilan dan kelancaran marakka bola juga tidak terlepas dari peranan seorang panrita bola atau ahli rumah serta panre bola atau tukang rumah. Panrita Bola menangani hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan, sedangkan Panre Bola mengerjakan hal-hal bersifat teknis.
Sebelum prosesi marakka bola dimulai, terlebih dahulu panrita bola akan pergi ke posi bola atau pusat rumah untuk menjalankan ritual dan membacakan doa. Sementara panre bola atau tukang rumah akan bertugas mengurusi teknisnya, seperti persiapan sebelum rumah itu diangkat, mengarahkan orang-orang yang mengangkat rumah, serta memasang kembali bagian-bagian rumah yang pernah dilepas sebelumnya setelah prosesi marakka bola selesai.
Menikmati jamuan
Setelah rumah yang diangkat telah selesai, maka para pengangkat rumah akan kembali ke tempat awal untuk menikmati makanan yang telah disediakan oleh para perempuan. Hidangan makanan yang paling umum disuguhkan berupa makanan yang terbuat dari beras ketan yang memiliki kuah yang terbuat dari gula merah.
Baca juga: La Nakka dalam Bingkai Pembangunan Kabupaten Barru
Pemilihan makanan yang terbuat dari ketan dan gula merah itu dimaksudkan untuk memuluhkan tenaga secara cepat yang terkuras setelah marakka bola, karena gula merah atau ketan berkhasiat untuk mengembalikan stamina. Adapun contoh penganan yang dihidangkan setelah marakka bola di antaranya adalah cindolo (cendol) dan paserre (nasi dari beras ketan yang diberi kuah gula merah), ataupun bella utti (kolak pisang).
Marakka bola memiliki makna yang dalam khususnya bagi masyarakat di Kabupaten Barru. Bukan hanya gotong royong yang menjadi inti dari tradisi ini, melainkan kerja keras, kegigihan, kesabaran, dan kerendahan hati juga menjadi nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Orang-orang yang mengangkat rumah tersebut, bersama-sama untuk bekerja keras mengangkat rumah itu ketempat yang dituju. kegigihan dan kesabaran membuat tradisi ini berjalan dengan lancar dan terkendali.
Tuliskan Komentar