Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Pada awalnya Ken Arok hanya seorang pengawal dari penguasa Tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Tumape merupakan kerajaan bawahan dari Kerajaan Kediri yang saat itu dijabat oleh Kertajaya. Tunggul Ametung memiliki istri cantik yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berhasrat untuk merebut Ken Dedes dari Tunggul Amatung. Untuk menjalankan aksinya, Ken Arok memesan dibuatkan keris pada Mpu Ganring.
Karena tidak sabar, Ken Arok mendatangi Mpu Ganring untuk mengambil keris pesanannya. Namun Mpu Ganring menolak menyerahkan kerisnya dengan alasan keris yang dibuatnya belum selesai. Dengan paksa Ken Arok merebut keris itu dan menikamkannya pada Mpu Ganring. Dalam keadaan sekarat, Mpu Ganring mengucapkan kutukan bahwa keris itu akan memakan korban keturunan dari Ken Arok.
Ken Arok kemudian menggunakan keris itu untuk membunuh Tunggul Ametung saat sedang tidur. Setelah pembunuhan itu, Ken Arok menikahi Ken Dedes serta mengangkat dirinya sebagai penguasa Tumapel.
Dalam Pararaton dikisahkan pada akhir pemerintahan Kertajaya di Kediri, ia menyatakan ingin disembah para pendeta Hindu dan Buddha. Tentu saja keinginan itu ditolak. Para pendeta memilih berlindung pada Ken Arok, bawahan Kediri. Ken Arok lalu menyatakan Tumapel merdeka, lepas dari Kadiri, serta mengubah namanya menjadi kerajaan Singasari. Ken Arok lalu menyerang Kertajaya pada tahun 1222 sehingga Kediri mengalami keruntuhan setelah Kertajaya melarikan diri.
Ilustrasi Ken Arok memegang Keris Mpu Ganring dalam sampul novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer. |
Ken Arok memerintah di kerajaan Singasari selama lima tahun. Masa pemerintahannya berakhir tragis karena ia dibunuh oleh Anusapati, yang merupakan anak dari perkawinan Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Ken Arok dibunuh menggunakan Keris Mpu Ganring, keris yang sama digunakan Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Ken Arok, Anusapati kemudian menjadi raja di Singasari.
Anusapati memerintah cukup lama, tetapi hampir tidak ada perubahan siknifikan di Singasari yang ia lakukan selama memerintah. Anusapati memiliki kegemaran menyabung ayam, yang akhirnya mengakhiri hidup sekaligus masa pemerintahannya.
Kegemaran Anusapati menyabung ayam dimanfaatkan oleh Tohjaya, yang merupakan anak dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Umang, untuk menyingkirkan Anusapati. Di tengah keasyikan menyabung ayam, Tohjaya menikam Anusapati menggunakan Keris Mpu Ganring yang pernah digunakan oleh Anusapati untuk membunuh Ken Arok. Dengan demikian, Tohjaya menjadi raja di Singasari.
Tohjaya hanya memerintah beberapa bulan. Penyebabnya adalah kemeluk politik. Ranggawuni yang merupakan putra Anusapati menuntut hak atas tahta Singasari. Ia didukung oleh Mahisa Cempaka, cucu dari perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ranggawuni dan Mahisa Cempaka, ini membuat kedudukan Tohjaya dapat digulingkan.
Ranggawuni naik tahta di Singasari dengan gelar Wisnuwardhana pada tahun 1248. Pemerintahannya dibantu oleh Mahisa Cempaka. Pemerintahan Raggawuni berhasil membawa Singasari ke dalam kondisi keamanan dan kesejahteraan. Setelah pemerintahan Ranggawuni, ia digantikan oleh putranya yang bernama Kertanegara pada tahun 1268.
Kertanegara merupakan raja Singasari terbesar sekaligus terakhir. Ia adalah negarawan ulung yang cenderung totaliter. Akibatnya, sejumlah langkah pembaharuan yang dilakukannya mengundang dukungan sekaligus kebencian.
Sebagai contoh kebijakannya ialah menolak tunduk kepada kekaisaran Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan yang beberapa kali mengirim utusan kepada Kertanegara. Karena kesal, Kertanegara pernah merusak wajah Meng Qi, utusan Kubilai Khan, dan mengirimnya kembali. Diriwayatkan bahwa Kertanegara memotong telinga dan hidung Meng Qi.
Tindakan itu membuat Kubilai Khan murka. Ia pun mengirim tentaranya ke Jawa untuk menghancurkan Kertanegara, namun maksud itu tidak terpenuhi kerena Singasari telah hancur dan Kertanegara telah meninggal akibat pemberontakan dari Jayakatwang.
Tuliskan Komentar