Sulsel Tokoh

B.F. Matthes dan I La Galigo

Benjamin Frederik Matthes (B.F. Matthes), lahir di Amsterdam Belanda pada 16 Januari 1818 dan meninggal di Nijmegen, 9 Oktober 1908, adalah seorang ahli bahasa dan ahli Alkitab Belanda. Dia adalah murid Taco Roorda dan bekerja pada Dutch Bible Society untuk pihak berwenang Belanda di Sulawesi.

Benjamin Frederik Matthes merupakan orang Belanda yang fasih menggunakan bahasa Bugis. Pada tahun 1859, ia menulis kamus Makassarsch-Hollandsch (kamus Belanda-Makassar). Namun, Matthes lebih dikenal sebagai pendiri studi Bugis dan literatur kuno.

Manuskrip I La Galigo dan B.F. Matthes
Manuskrip I La Galigo dan B.F. Matthes
Ketika Benjamin Frederik Matthes mempelajari perilaku masyarakat Bugis yang mayoritas beragama Islam, ada keanehan yang ditemuinya, masyarakat lebih cenderung sering membaca naskah-naskah Lontara kuno ketimbang membaca kitab suci Al-Qur’an.
Baca juga: I La Galigo: Menyelami Karya Sastra Terbesar dari Sulawesi

Hal inilah yang Membuat Matthes penasaran untuk mempelajari naskah-naskah kuno tersebut, setelah ditelusuri ternyata naskah-naskah kuno tersebut merupakan bagian-bagian dari epos I La Galigo yang tersebar.
Benjamin Frederik Matthes saat muda
B.F. Matthes saat muda.
Pada tahun 1852, Benjamin Frederik Matthes bertemu dengan Colliq Pujié Arung Pancana Toa (1812-1876), putri raja kerajaan Bugis Tanété bekerja mambantu Matthes selama bertahun-tahun untuk mengumpulkan manuskrip I La Galigo yang cukup panjang itu.

Epik ini dalam masyarakat Bugis berkembang sebagian besar melalui tradisi lisan dan dinyanyikan pada kegiatan adat Bugis. Versi tertulis hikayat ini yang paling awal diawetkan pada abad ke-18, di mana versi-versi yang sebelumnya telah hilang akibat serangga, iklim atau perusakan.

Baca juga: Memori Festival dan Seminar Internasional La Galigo Pertama di Barru

Akibatnya, tidak ada versi Galigo yang pasti atau lengkap, namun bagian-bagian yang telah diawetkan berjumlah 6.000 halaman atau 300.000 baris teks, membuatnya menjadi salah satu karya sastra terbesar. Sekarang salinan I La Galigo yang dikumpulkan oleh Matthes disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

B.F. Matthes
B.F. Matthes
Pada tahun 1858, Matthes juga mengatakan bahwa epik I La Galigo di negeri asalnya yang sebagian besar penduduknya beragama Islam hanya mengutamakan naskah kuno ini ketimbang Qur’an. Inilah yang menjadi alasan Matthes untuk mempelajari I La Galigo, ia merasa bahwa terjemahan Alkitab yang baik harus sejalan dengan bahasa puitis epik tersebut.

Pada tahun 1872, B.F. Matthes menerbitkan buku yang berjudul “Boeginesche Chrestomatie” dimana dia memberi aneka ragam fragmen pada I La Galigo. Pada bulan Desember 1874 ia menerbitkan kamus Boegineesch-Hollandsch (kamus Bugus-Belanda) yang masih dianggap sebagai karya standar dalam studi Bugis.

Tuliskan Komentar